“Hidup di Rawa Tak Pernah Menginjak Tanah”

Penulis: Mashudi, 28 September 2022
image
Seorang Nenek Berjualan Mengendarai Klotok di Rawa

Dusun Awang Landas terletak di Desa Sungai Buluh, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Sejauh mata memandang di dusun ini hanya ada air dan rawa yang terbentang luas, jaluar transportasi hanya bisa dilalui menggunkan klotok atau prahu mesin dengan waktu tempu 45 menit dari desa induk yang berupa daratan, sama halnya seperti di darat jalur air juga padat dan ramai lalu lalang setiap harinya, bahkan pernah terjadi tabrakan dipersipangan tiga yang mengakibatkan meninggal dunia penumpangnya. Hampir semua kalangan usia mulai dari anak-anak hingga lanjut usia bisa menggunakan klotok, semua aktivitas kegiatan sehari dilakukan diatas air sehingga tak khayal mereka sering menyebut diri mereka dengan sebutan manusia rawa yang tak pernah menginjakan tanah.

Rumah masyarakat di dusun awang landas menggunakan rumah panggung dan sebagian kecil masyarakat menggunakan rumah apung (lanting). Ketinggian rumah panggung mencapai 6 meter sehingga air tidak sampai menyetuh lantai rumah, sedangkan rumah lanting dapat mengikuti naik turunya air. Begitu juga dengan toilet menggukan toilet terapung hal ini agar mempermudah memindahkan lokasi toilet yang mengikuti aliran arus air agar kotoran tidak menggenang dan hanyut mengikuti arus air. Bahan utama pondasi rumah di dusun awang landas menggunakan kayu ulin yang sudah terjamin kualitasnya dan tahan bertahun-tahun direndam dalam air rawa sekalipun. Penghubung antar rumah menggunakan jembatan namun tidak semua rumah bisa terhubung sehingga apabila ingin berkunjung kerumah tetangga atau ke warung harus mengunakan klotok. Uniknya lagi beberapa siswa pergi kesekolah menggunakan ember palstik dengan cara mengayunkan tangan sebagai pengganti dayung, namun apabila tidak diantarkan oleh orang tuanya menggunkan klotok. Sehingga semua aktivitas sehari-hari masyarakat seperti berjualan, berpergian, kegiatan gotong royong, pergi kesekolah, tempat ibadah dilakukan diatas air. Maka dari itu sampai saat ini dusun awang landas satu-satunya dusun di Desa Sungai Buluh yang belum mempunyai listrik PLN dikarenakan akses medannya yang sulit. Hidup dan tinggal diatas rawa selama bertahun-tahun tak melunturkan niat mereka untuk pindah rumah, jika ditamya kenapa tidak ingin pindah maka mereka menjawab “sudah turun menurun tinggal disini dan tidak terbiasa hidup didaratan” terdenger seperti tidak biasa, namun tidak bisa disangkal karena mereka menggantung hidup dan mencari pendapatan di rawa. Pekerjaan utama masyarakat awang landas ialah nelayan mencari ikan di rawa, selain itu sebagian masyarakat berternak kerbau rawa dimana kandangnya persis ditengah rawa dan kerbau rawa mencari makan dengan cara berenang, hal ini juga menjadi daya tarik tersendiri dusun awang landas.

           Saya berkesempatan tinggal beberapa hari di Dusun Awang landas untuk survey LTSHE. Merasakan secara langsung menjadi bagian masyarakat yang sehari-harinya tinggal diatas air dan rawa. Awal kedatangan sempat khawatir klotok yang dinaiki tenggelam atau terbalik namun bersama Bapak Kepala Desa meyakinkan semua sudah dalam kondisi aman. Selama tinggal seminggu pergerakan sangat sempit hanya bisa jalan ke beberapa rumah kanan dan kiri, sedangkan untuk menuju kerumah yang lainya menggunakan klotok secara berpindah-pindah. Namun menurut pengakuan warga bukan hanya listrik yang mereka butuhkan, masyarakat awang landas memebutuhkan air bersih sebagai kebutuhan pokok yang paling penting. Sepuluh tahun belakangan ini sejak tumbuh gulma putri malu (Bahasa local : supan laki) air menjadi hitam dan berbau sehingga masyarakat hanya menggunakan air untuk MCK saja. Pengalaman yang tidak terlupakan tinggal di dusun diatas air dan ditengah-tengah rawa yang dikelilingi gemerlap lampu dari desa-desa dan kota yang sudah berlistrik,tampak sangat jelas dari dusun awang landas seperti bintang-bintang yang bertaburan.