“Uniknya Rumah Apung Lanting Banjar di Kalimantan Selatan”

Penulis: Mashudi, 28 September 2022
image
Rumah lanting di Dusun Awang Landas, Desa Sungai Buluh

Kalimantan Selatan dengan ibu kota Banjarmasin terkenal dengan sebutan kota seribu sungai yang terbentang dimana-mana mulai sungai kecil hingga sungai besar. Sungai yang terkenal dan terbesar diantaranya Sungai Barito dan Sungai Martapura. Bentang alam berupa sungai tak khayal membuat seluruh aktivitas masyarakat banjar sebagian besar berada di sungai termasuk kegiatan jual beli. Siapa yang tidak kenal dengan pasar terapung? Pasar diatas sungai ini sudah terkanal seantero nusantara karena keunikan dan langka. Salah satu pasar terapung yang terkanal yakni pasar terapung muara kuin dan pasar terapung lok baintan. Namun, kali ini saya tidak akan membahas tentang pasar terapung, ada hal unik lainya yang belum di ekspos di Kalimantan Selatan yakni rumah apung atau masyarakat banjar menyebutnya dengan lanting.

Pengalaman saya selama berada di Dusun Awang Landas, Desa Sungai Buluh, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kab.HST membawa saya menuliskan pengalaman unik saya melihat kehidupan sehari-hari masyarakat dengan rumah lanting suku banjar. Bagi sebagian orang Indonesia termasuk saya rumah lanting adalah hal yang aneh, unik dan tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dikarenakan secara geografis Kalimantan Selatan banyak memiliki sungai sehingga nenek moyang terdahulu mendesain rumah yang dapat bertahan dengan kondisi alam. Mari kita berkenalan dengan rumah apung lanting suku banjar. Rumah lanting banjar merupakan konsep rumah terapung yang popular di Kalimantan. Bahan rangka dan pondasi yang digunakan dalam membuat rumah lanting adalah kayu ulin karena memiliki daya tahan yang baik terhadap air, untuk pelampungnya biasanya menggunkan bambu ataupun drum, sedangkan dindingnya terbuat dari kayu lanan dan atapnya terbuat dari daun rumbia atau seng ringan.

Kelebihan dari rumah lanting yakni diantaranaya bersifat ekonimis dikarenakan tidak perlu membeli lahan dan baiaya pembuatan rumah relative murah dibandingkan rumah di darat. Selain itu rumah lanting fleksibel dapat dipindahkan dimana saja sesuai keinginan pemiliknya dengan cara ditarik menggunakan prahu motor. Jika di tinjau dari keamanan dari bencana banjir, rumah lanting relatif lebih aman, dikarenakan dapat menyesuaikan naik turunya air. Kelemahan dari rumah lanting ini sendiri diantaranya ialah harus di ikat pada tiang dan mengikuti arah angin dikarenakan apabila salah mengikat kemudian terjadi angin kencang maka rumah lanting bisa terbalik. Selanjutnya apabila ada gelombang yang melewati rumah lanting maka akan terasa bergoyang dan jika musim kemarau rumah lanting segera ditarik menuju ke tengah sungai karena akan karam. Namun kini seiring perkembangan jaman rumah lanting sudah banyak ditinggalkan karena terkesan kumuh dan kurang layak huni selain itu faktor kemudahan mendapatkan akses fasilitas di daratan lebih mudah tidak harus menggunakan klotok sehingga rumah lanting mulai ditinggalkan.

Desain energy listrik yang sesuai dengan kondisi rumah lanting adalah jenis energy baru terbarukan yakni PLTS Rooftop dikarenakan tidak memungkinkan jika disambungkan dengan listrik PLN atau yang menggunakan kabel, karena akan tertarik dan tidak fleksibel. Rumah apung tidak hanya ada di Indonesia saja seperti contohnya di Tatami-Two Level Houseboat di Amsterdam yang berjejer rapi atau Maldives Floating City di Male, Maldives yang digunakan sebagai tempat wisata dan resort. Rumah apung lanting merupakan symbol budaya tradisional masyarakat banjar, sehingga upaya Pemerintahan Kalimantan Selatan melakukan upaya melestarikanya dengan membangun rumah lanting di sepanjang sungai martapura. Upaya pelestarian ini bertujuan menjaga warisan budaya dan sebagai pengingat kepada masyarakat agar tidak melupakan budaya nenek moyangnya (Mashudi).