Hancur Mentalku Pak!

Penulis: Siti Nurjannah, 19 September 2022
image
Pemeriksaan oleh Tim Penyidik

Selamat datang di Kabupaten Dogiyai Bahagia! Patriot berangkat menuju Polsek Kamuu untuk laporan kedatangan patriot energi penugasan Dogiyai dan permohonan dukungan saat berkegiatan. Polres belum ada karena Kab. Dogiyai masih dibawah wilayah hukum Polres Nabire. Hari sudah sore saat selesai laporan dan mendapatkan cap stempel Polsek untuk bukti surat perintah perjalanan dinas. Mobil angkutan dalam kota bukan angkot yang melindungi dari panas atau hujan, disini angkot nya berupa mobil 4WD bak terbuka untuk mengangkut penumpang dan barang melewati jalan beraspal dan berbatu yang menjadi teman seperjalanan, benar-benar tidak safety dan kadang sampai overload penumpang. Tidak ada mobil penumpang yang lewat, mungkin karena sudah terlalu sore.

Bapak Polisi ikut membantu untuk menghentikan mobil truck yang lalu lalang di depan Polsek agar memberikan tumpangan kepada kami. Tumpangan ini kami sebut modal sosial, tapi ada aja sedikit celetukan sarkasm yang mampir di telinga ”Patriot kok kere?” mungkin karena penugasan dari pusat biasanya eksklusif bukan numpang-numpang macam kami. Sambil menunggu mobil beragam fakta dan opini mengenai serba-serbi kejadian ekstrim yang pernah terjadi diceritakan oleh aparat yang kami temui, lalu dengan santainya bapak itu berkata “habis ini kalian bikin status, hancur mentalku!” Kami tanggapi dengan senyuman dan menjadikannya sebagai pengingat untuk waspada.

Truk yang akan kami tumpangi hingga simpang tiga jalan menuju kampung Bomomani sudah ada. Kami memanjat dengan hati-hati lalu meloncat masuk kedalam. Setelah terombang ambing beberapa lama dan harus berpegangan kuat karena jalan yang dilalui berkelok-kelok, mobil truk tiba-tiba berhenti di depan Gedung DPR. “Ada apa?” tanya kami. Pak sopir bilang ada palangan di kali kasuari (Palang= Masyarakat memblokade tempat/jalan dan meminta uang dalam jumlah tertentu kepada pengendara yang melintasi jalan agar dapat izin lewat). Sopir truk yang kami tumpangi menelpon Polsek Kamuu agar dikirimkan personil patroli menuju Kali Kasuari. Tak lama kemudian mobil Patroli Polisi melewati truk, segera iring-iringan truk mengekor dibelakangnya. Tim patroli membuka blokade jalan dan membubarkan palangan, masa kritis sudah terlewati karena Truk berhasil melewati kali kasuari. Kami melambaikan tangan melalui sela-sela penutup truk kepada aparat yang bersenjata lengkap, tiba-tiba mereka terlihat seperti malaikat penyelamat kami. Saat itulah pengalaman pertama bertemu aksi palang di jalan.

8 bulan berlalu, kami sudah dapat izin bolak balik Mapia-Moanemani menggunakan motor jika ada keperluan. Pada hari naas itu, kami menghadiri Perpisahan dengan kawan-kawan Kodim Persiapan Dogiyai yang ditarik kembali ke kesatuan masing-masing. Sebenarnya kami sudah dapat warning untuk pulang cepat karena menurut pantauan sudah mulai banyak palang di beberapa titik. Tapi kami harus ke Kantor Bupati karena ada pertemuan dengan Kabag. Tata Pemerintahan Dogiyai perihal dukungan pengajuan proposal hasil Pre-FS yang telah selesai kami buat. Setelah dikonfirmasi ternyata masih di Nabire. Kami menemui Asisten II Sekda lalu diarahkan untuk ke rumahnya bertemu Pak David mantan kepala Bappeda Dogiyai, padahal semalam kami juga menginap dirumah beliau. Selesai berkoordinasi kami singgah sebentar di Polres Dogiyai sambil menunggu saudara asuh supaya pulang kembali ke Mapia bersama-sama.

Cuaca hujan dan jarak pandang pendek akibat kabut tebal yang menghalangi, motor terus melaju melewati gedung DPRD, rumah-rumah masyarakat, sebelum mencapai penurunan kali kasuari tiba-tiba ada seorang laki-laki dengan janggut diwarnai belang-belang yang menyeberang jalan lalu memberhentikan motor kemudian meminta uang 100 ribu. Saat kami menawar nominal palang dan mengatakan tidak ada, oknum tersebut mulai mengayun-ayunkan parang. Refleks kami memanggil Mas Yoga dan Elis yang sudah berhasil lolos didepan.

Saudara asuh kami terus melakukan pendekatan persuasif kepada oknum, padahal ada mobil dan motor masyarakat yang lewat mereka tidak ada yang berhenti untuk menolong. Mereka mungkin takut atau pun kebiasaan pembiaran yang menyebabkan banyak masalah sosial. Mas Yoga memberi kode untuk putar balik dan meminta bantuan. Kami pura-pura putar balik untuk mengambil uang di ATM padahal kembali untuk menghubungi Kapolsek Kamuu. Saat saya kembali bersama mobil patroli ternyata Elis sudah dievakuasi menggunakan mobil pendatang yang melewati TKP. Mas Yoga sudah bersimbah darah terluka karena kapak sialan itu, ternyata saat saya pergi datang lagi satu orang yang juga membawa kapak yang hampir melukai Elis tapi berhasil ditolong oleh Mas Yoga. Dita mengeluarkan kotak P3K yang selalu standby dalam tasnya dengan tangan gemetar, untuk sementara tangan mas yoga dibalut dulu dengan perban untuk menekan pendarahan.

Motor yang kami bawa diambil alih oleh bintara, semuanya naik mobil patroli ke Klinik di Moanemani untuk perawatan, syukurlah saudara asuh kami baik-baik saja. Saya menelpon Elis untuk menanyakan kondisinya lebih dahulu, “Elis posisi? Hati aman? Mata aman? Mental aman? Kurang lebih begitulah pembicaraannya. Setelah mendapat 7 jahitan di telapak tangan dan diberi obat, Mas Yoga diperkenankan untuk pulang. Saya, Dita, Mas Yoga dan 2 orang anggota Reskrim kembali ke Polres Dogiyai yang baru resmi kurang lebih satu bulan.

Akhirnya bertemu Elis yang sedang memberikan keterangan untuk BAP, syukurlah dia juga masih bisa tersenyum walau hatinya menangis. Kami juga kembali bertemu dengan Bapak polisi idola kami, perhatian walaupun seringnya berkata sarkas. “Kali ini, hancur mentalku Pak” ucap kami bersamaan, lalu bersama-sama menertawakan keadaan. Selesai laporan BAP pemalangan dan Penganiayaan oleh Elis dan kami dua sebagai saksi, kami diantar pulang ke Mapia dikawal Patroli Polres Dogiyai.

 Langit Dogiyai Dou Enaa

Mengharu biru dikala terik

Merah menyala dikala senja

Bintang-bintang menyapa pelik

Menggantung harap

Amarah bergemuruh

Pun membenci tak sanggup