BANGGA TINGGAL DI DESA, “Sa Tinggal di Kampung saja, Tara Usah Ikut Mama ke Kota”

Penulis: Eva Zakiyah Nurhasanah, 28 February 2022
image
Senyum Anak Manis Kampung Coisi

oleh Eva Zakiyah Nurhasanah


Perkenalkan Marmut namanya, anak lelaki berusia 5 tahun yang sudah sejak lahir menetap di Desa Coisi, Distrik Minyambouw, Kab. Pegunungan Arfak. Anak ini memiliki tiga saudara kandung dan tiga saudara sebapak, tinggal di desa bersama kedua ibunya serta saudara-saudaranya. Tahun lalu, sang bapak sudah meninggal karena dibunuh oleh kakeknya sendiri, berdasarkan informasi yang diperoleh, keadaan bapak dan kakeknya sedang mabuk sehingga tidak terkendali, yang menyebabkan kakeknya menembak sang bapak hingga wafat.


DSCF0901


Foto bersama anak-anak kampung Coisi di Tengah Hutan


Marmut memiliki dua adik kecil yang masih memerlukan asupan susu untuk nutrisinya, sehingga sang ibu sering pergi ke kota untuk membeli susu. Pada suatu hari, ibu dan satu adik kecilnya bersiap pergi ke kota untuk membeli susu dan popok, tetapi marmut masih asik bermain, lalu ditanya “ko tidak ikut pergi ke kota kah?” dengan cepat marmut pun menjawab, “Sa duduk saja di sini, sa malas pergi ke kota.” Tahukah kamu, apa alasan marmut tidak mau pergi ke kota? Saat ditanya tentang hal itu, ia menjawab “Kalau di kota itu sa tidak bisa main ke hutan ambil jambu, sa mau minum harus bayar, sayur harus dibeli, tara ada kebun sa punya di kota.” Tidak hanya Marmut, kebanyakan anak-anak Desa Coisi juga lebih memilih tinggal di desa dibandingkan di kota, mereka juga serempak memiliki alasan yang sama.

“Lalu bagaimana denganmu? Lebih memilih tinggal di mana?”. Anak-anak Desa Coisi ini di usianya yang masih anak-anak, mereka sudah bisa menilai bahwa desa adalah tempat terbaik untuk tinggal dan menghabiskan waktu. Di mana saat di kampung, mereka dapat dengan mudah mendapatkan sayur untuk dimakan, bisa minum air sepuasnya dari alam yang sudah tersedia, dan bermain ke alam dengan sesuka hati, entah untuk berburu hewan atau buah-buahan di dalam hutan. Marmut menegaskan bahwa “Sa senang tinggal di kampung saja,” hingga bisa kita nyatakan bahwa anak-anak Desa Coisi BANGGA Tinggal di Kampung.