Agustusan yang Berkesan

Penulis: La Ode Muhammad Inulsah, 05 September 2022
image
Bersama Bapak Kepala Kampung Menya, Wilhelmus Gagermatahai setelah selesainya rangkaian Upacara Bend

Sebagai orang yang baru pertama kali menginjakkan kaki di timur Indonesia, rasanya setiap hari-hari yang dilalui dalam kurun waktu kurang lebih beberapa bulan ini menjadi hari yang sangat bermakna, kegiatan apapun itu. Mungkin, momen Agustusan kemarin adalah salah satunya. Sejak jauh-jauh hari, saya pribadi yang lokasi live in nya berada di Distrik Passue tepatnya disebuah kampung di aliran Kali Wildeman yakni Kampung Menya sudah sangat “heboh” dan semangat menghubungi tiap-tiap perangkat kampung yang saya temui untuk memberitahukan jika saya ingin berpartisipasi dan menjadi bagian peserta upacara nanti. Kepada perangkat-perangkat kampung tersebut saya berusaha untuk mencari “perhubungan” atau kendaraan kampung yang bisa mengantarkan saya ke Kampung Kotiak (Pusat Distrik Passue) yang menjadi lokasi penyelenggaraan upacara. Pada akhirnya, dalam waktu yang sebentar saja saya telah mendapatkan kepastian kendaraan yang akan membersamai saya menuju Kotiak. Kendaraan tersebut berupa speedboat milik salah seorang perangkat kampung yang juga kebetulan akan mengikuti upacara sebagai perwakilan Kampung Menya. Oh iya, sekedar informasi saja kalau Distrik Passue memiliki total 13 Kampung didalamnya, tetapi saat kegiatan upacara, 3 kampung tidak mengirimkan wakilnya. Kampung tersebut adalah Rimba Jaya/Gayu, Kaime, dan Baitete. Maklum saja, ketiga kampung itu akses untuk ke Kotiak sangatlah jauh karena harus memutar sungai/kali yang berkelok-kelok dan tentu membutuhkan waktu yang lama serta BBM yang banyak.


Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Jam 5 pagi setelah menunaikan ibadah Shalat Subuh, saya bersiap-siap. Memasukkan Kemeja Patriot kedalam tas untuk dipakai upacara serta mengambil beberapa bungkus persediaan kue dan sebotol air untuk sarapan. Kali ini saya tidak sarapan di rumah, karena mengingat waktu keberangkatan jam 6 pagi sehingga saya harus secepatnya menunggu di dermaga untuk berangkat. Tepat Pukul 06.15 WIT saat itu saya beserta Kepala Kampung dan 2 Guru berangkat ke Kotiak. Perjalanan ke Kotiak dari Kampung Menya jika menggunakan speedboat sebenarnya tidak lama, kurang lebih hanya 1 jam, apalagi saat itu kondisi air lagi pasang sehingga kami dapat melewati “jalan potong”, tidak melewati kali besar. Upacara akan dimulai pada tepat Pukul 09.00 WIT, dan speedboat kami telah merapat di Dermaga samping Kampung Kotiak Pukul 07.15 WIT. Sengaja kami berangkat lebih awal karena agar tidak terburu-buru dan harus mengikuti Gladi sebelum upacara dimulai.


Jam telah menunjukkan angka 09.00, tanda upacara segera dimulai. Setelah Gladi selesai, Pak Andi (Danpos TNI Distrik Passue di Cabang 3) yang juga bertindak sebagai Pemimpin Upacara pagi ini memberi aba-aba untuk membentuk barisan. Saya saat itu tidak berdiri dalam barisan karena harus berkeliling untuk mengabadikan momen, baik dalam bentuk foto ataupun video. Karena mungkin momen upacara seperti ini hanya akan terjadi sekali dalam hidup saya, sehingga penting untuk diabadikan agar kelak dapat dilihat kembali untuk mengenang momen ini.


Tak seperti upacara-upacara yang saya ikuti sebelumnya yang pesertanya keseluruhannya serentak berpakaian rapi, kali ini tanpa alas kaki pun jadi, yang penting ikut upacara. Tanpa seragam dan memakai pakaian yang ”biasa” juga, lagi-lagi tidak masalah, yang penting bisa upacara. Iya, dimaklumi saja, ini bukan kota, ini adalah sebuah kampung pedalaman, yang mampu menyelenggarakan upacara pun syukur, setidaknya Suku-suku disini masih menganggap mereka itu Indonesia, yang setiap 17 Agustus harus memperingati Hari Kemerdekaannya. Harapannya, mereka akan terus seperti ini, tidak terdistraksi/terpengaruh oleh hal-hal yang berbau OPM, apalagi KKB. Upacara saat itu, Bertindak dalam pengibar bendera ialah 3 Siswa dari SMPN 2 Passue, Inspektur Upacara Kepala Distrik. MC, Pembaca Do’a dan Teks Proklamasi keseluruhannya ialah Staf Distrik Passue itu sendiri.


Upacara pun selesai dalam waktu sebentar saja, mungkin bisa saya taksir hanya sekitar 30 menit dengan ditutup oleh hiburan berupa pertunjukan dari Murid-murid SD Cabang 3 Nohon yang menyanyikan lagu-lagu nasional. Lagi-lagi momen penutupan ini saya dibuat kagum, anak-anak dengan fasihnya menyanyikan lagu-lagu nasional mulai Dari Sabang Sampai Merauke, Garuda Pancasila, Sorak-sorak Bergembira, dan beberapa lagu-lagu Papua. Setelah upacara, saya lalu menemui Bapak Kepala Kampung Menya, mengajaknya berfoto selfie bersama dengan latar belakang foto berupa Bendera Merah Putih yang telah dikibarkan.


Terimakasih Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Terimakasih Kotiak, dan seluruh yang terlibat dalam suksesnya Upacara Bendera hari itu, pengalaman ini sungguh “Mahal” sekali.


-Ditulis Oleh Laode, September 2022-