Pendidikan di Pedalaman Papua Kampung Katew, Jetsy, Asmat

Penulis: Wahyu Pratomo, 31 August 2022
image
Foto Depan Sekolah

 

 

Alhamdulillah kurang lebih 10 bulan berada di pedalaman Asmat Papua. Berarti 2 bulan lagi kembali ke Jawa. Senang akan kembali ke rumah dan bertemu dengan keluarga beserta sahabat, sedih karena akan meninggalkan masyarakat kampung dan juga anak anak sekolah, murid saya. Selama melaksanakan tugas kegiatan paling banyak di lakukan ialah mengajar di sekolah, tak heran saya memiliki komunikasi yang baik dengan anak-anak. Anak anak selalu menemani saya ketika pergi ke hutan, mendayung perahu cole cole, dan sekedar bercerita mengisi waktu. Saya banyak belajar dari anak murid saya, di sekolah saya guru mereka tapi di luar di alam mereka guru saya. Ketika di hutan atau di sungai banyak teknik teknik survival yang saya ambil dari mereka, terutama cara berburu, memancing serta meramu makanan makanan yang telah alam sediakan di hutan dan sungai. Di usia mereka yang masih duduk di bangku sekolah dasar dengan pengetahuan alam yang cukup luas membuat saya terkesan, namun untuk pendidikan formal di usia mereka kini cukup memprihatinkan.

Kurang lebih 3 tahun sebelum kedatangan saya di kampung, mereka sama sekali tidak mendapatkan akses pendidikan sekolah dasar yang baik. Tidak ada aktivitas belajar mengajar di sekolah. Guru guru tidak pernah datang mengajar, melaksankan tugas yang di amanahkan kepada mereka. Semua berawal di tahun 2019 ketika terjadi musibah kebakaran yang menghanguskan rumah guru di kampung dan sejak itu guru guru turun ke kabupaten dan tidak kembali lagi.

Imbas nya anak-anak menjadi tidak dapat membaca, menulis dan berhitung. Satu hal yang membuat saya heran karena mengapa anak anak di kelas 4,5,6 belum mampu lancar membaca dan berhitung.

Segala upaya telah dilakukan pemerintah desa dengan melaporkan keadaaan pendidikan kepada dinas terkait dan DPRD sekitar, namun seakan sia sia karena selama ini mereka hanya mendengar tanpa ada lagkah pasti memperbaiki keadaan pendidikan di pedalaman Asmat sendiri. Kondisi ini tidak hanya terjadi di kampung yang saat ini saya tinggali, namun banyak kampung dengan kondisi pendidikan yang sama buruk nya, dan banyak guru guru baik kontrak maupun PNS yang belum amanah melaksanakan tugas nya dengan mangkir dari tugas mengajar di pedalaman. Ironi memang disaat seusia mereka kita telah lancar membaca, menulis dan berhitung mendapatkan kesempatan pendidikan yang baik, tapi tidak demikian dengan pendidikan anak anak di pedalaman Asmat ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan saya tetap mengajar di sekolah, berbagi hal hal kecil seperti berhitung, menghafal huruf abjad, dan melatih mereka mengeja agar perlahan dapat membaca. Banyak aktifitas di sekolah dan kebersamaan dengan anak anak kita share ke media sosial. Alhamdulillah berkat orang orang baik banyak yang berdonasi, hasil donasi saya jadikan barang barang kebutuhan alat sekolah seperti, buku, pulpen, tas, alat mewarnai, spidol, kapur yang sebagian besar sudah ada ditangan anak anak. Mereka sangat senang menerima peralatan sekolah yang lama mereka tinggalkan. Kini perlahan namun pasti beberapa diantara mereka dapat menulis, berhitung, dan membaca dengan lancar.