Mari Ibu, Tong Molo!

Penulis: Suci Utari, 07 August 2022
image
Anak- anak Molo

Siang itu matahari bersinar terik- teriknya. Anak- anak ramai berada dipinggir jalan untuk sekedar memancing ikan di kali kecil tepi jalan. Ada novita dan mita sedang duduk menunggu, berharap ada ikan yang memakan umpan.sudah kurang lebih satu jam tara ada ikan yang tersangkut dipancingan mereka.

Yang semula hanya ada novita dan mita, menyusul linda, louis, minggas, sabet serta marta datang sambil berkata

tong mandi dikali boleh”

“kali mana?” tuturku

“ kali dekat pohon besar sana ibu, tong bisa molo( menyelam).”

“tara jauhkah?” tanyaku memastikan lokasi kali yang dimaksud. Sebab aneh budaya disini, parameter jauh dan dekat tidak seperti yang lazim kita bayangkan, hehe.

dekat saja mo, dekat pohon besar itu baru kitong masuk hutan sedikit, baru disitu ada kali.”

Setelah mendengar penuturan mereka, dan dipastikan tidak jauh, kamipun berjalan diwah terik matahari menuju kali yang dimaksud. Sekitar 800m berjalan kaki menyusuri jalan raya, bertemu dengan pohon besar yang dimaksud, jalan aspal yang semula dipijak mulai berganti haluan dengan lumpur hutan rawa. Benar adanya tidak terlalu jauh dari jalan raya sekitar 100m masuk kedalam hutan kita bisa menjumpai kali yang dimaksud oleh anak- anak.

Pada awalnya kukira memang betul kali( sungai), ternyata kubangan air yang menggenai ditengah hutan. Airnya tidak jernih, kotor penuh endapan lumpur. Sekali anak- anak menyebur byurrr… endapan lumpur yang semula tenang mulai bergejolak membuatnya naik ke permukaan. Menyebabkan airnya menyerupai air kopi susu.

Satu persatu anak- anak melompat kedalam kali. Senyum dan tawa menghiasi wajah mereka setelah berhasil melompat kekali. Mereka tak menghiraukan kondisi air yang kotor, inilah kesenangan mereka yang hidup ditengah hutan.

Akses menuju sungai besar cukup jauh, sehingga molo hanya bisa dilakukan dikubangan ini. Molo yang awalnya kupikir hanya bisa dilakukan orang pantai ( sebutan untuk orang yang tinggal dipesisir) ternyata bisa juga dilakukan orang gunung. Malah menurutku mereka lebih jago ketimbang dengan orang pantai. Wajar orang pantai bisa berenang karena kondisi sekitar mendukung mereka untuk melakukan kegiatan ini. Tapi untuk orang gunung, hidup didataran tinggi dipenuhi lereng, gunung dan bukit , jauh dari sumber air, ini suatu hal yang luar biasa. Ditambah anak- anak bisa menyelam dan menahan nafas selama beberapa detik dikubangan air coklat ini. Suatu hal yang sangat mengesankan.

Menghabiskan waktu melihat anak- anak bersenang- senang, tak terasa waktu berjalan begitu cepat. 3 jam sudah berlalu. Sudah terlalu lama didalam hutan dan waktu sudah menuju sore, kamipun berjalan pulang menuju kampung.