Guru Inyam

Penulis: Asratul Hasanah, 30 July 2022
image
Para Guru Inyam (Guru Kecil)

Galang. "Kak, masih beranikah pulang sendiri? Udah mau gelap ini kak", ujar Galang menjemputku pulang dari kamar mandi di rumah salah satu guru daris depan di desa ini-tempat aku selalu menumpang mandi.

"Biar aku jak kak, berat bah itu", tiap kali ada beban yang berat.

"Bisa kah kak?", tanyanya sembari memberikan tangan setiap kali melewati jalan licin di hutan. Aku selalu menerima tangan itu. Bukan karena aku tak bisa melewati jalannya. terlebih karena apresiasiku akan atensi yang diberikannya padaku. Memang si anak inyam (kecil) ini. Kagum sekali aku dengan kedewasaan dan tanggung jawabnya.

Suatu waktu pernah ia memanggilku yang berjalan di depannya. Setelah menoleh, ia dengan menunjuk pipinya, "Rambutnya kak", memberitahu bahwa beberapa helai rambutku kelihatan. Belum lagi waktu itu di sungai ketika aku melewati batu yang licin dan hampir tergelincir, ia dengan tanggap langsung ingin mengejarku. Padahal aku baik-baik saja.


*aku mengetik ini di balkon dengan kunang-kunang yang baru saja terbang perlahan di hadapanku


Air. Kembali dari kolam bersama Galang -sehabis mencari ikan- ia bersorak girang padaku, "Kak! kami dapat katak!", mengangkat hasil buruannya (4 ekor katak) tinggi-tinggi. Ia sangat senang bisa menghadiahi lauk buatku. Tapi sayang, bahagianya dalam sekejap langsung lenyap ketika Minak memberitahu bahwa aku tidak bisa menyantap katak-katak malang itu sebagai lauk. Maaf ya, Air.

Berbicara dengan bahasa Arok-Arok, ia berbisik kepada Pina yang (kukira-kira) artinya begini, "Selimut ada gak Kak Ala pakai semalam?", memastikan aku tidur dengan baik, setelah Pina memberitahunya kalau aku tidak menggunakan bantal semalam. Sepertinya ia mengira tidur tanpa bantal merupakan hal yang tidak wajar. Padahal aku lebih nyaman begitu.

Sepulang dari sekolah mereka bertiga menghampiriku ke kamar. Melihatku dikelilingi semua barang dan (kebetulan) sedang memegang tas, mereka dengan wajah khawatir bertanya, "Kakak kemas-kemas mau kemana?"

Padahal aku hanya beberes, merapikan barang-barang dan menyusunnya di kamar. Setiap aku berkeliaran di dalam rumah tanpa kerudung, dan saat itu ada tamu yang mengetok pintu depan, mereka yang paling panik menyuruhku bersembunyi atau mengambil kerudung di atas. Paling siaga memastikan aku sudah menutup auratku jika tamu itu mau masuk ke rumah. Ah anak-anak ini, baru saja beberapa hari aku disini, sudah banyak membuatku terharu. I already feel so loved.