Pemikiran acak

Penulis: Evelin Christy, 28 July 2022
image
Daun kering diatas batu

Seris 9

Patriot Evelin Christy 201


Beberapa waktu lalu membicarakan suatu topik dengan seorang teman kuliah paling random, sulit dimengerti namun juga cukup bijak. Membahas bagaimana bisa bersikap adil sejak dari pikiran. Menurutnya adil sejak dari pikiran itu ketika (jika memperbolehkan saya mengutip kalimatnya) ‘bebas dari stereotype, prejudice, ataupun pikiran-pikiran yang tidak didasari empati’. Hal tersebut dapat muncul dari (kembali saya kutip kalimatnya) ‘internalisasi humanisme, kesadaran kelas, rasionalisme, dan gerakan abad pencerahan lainnya’.

Bagiku itu cukup membingungkan pada awalnya, namun setelah penjelasan lebih lanjut dari teman saya sudah cukup mengerti. Paham bahwa hal tersebut otomatis dari lingkungan yang membuat teman teradikalisasi. seringkali kita yang belum merasakan secara langsung ketimpangan kelas tersebut membuat kita melampiaskan amarah kita ke sesama korban.

Menurut teman, pemikiran dan pilihan hidupnya saat ini ya memang jalannya bagi dia. Sedangkan saya masih belum bisa benar-benar mengambil pijakan yang kokoh disuatu tempat. Katanya tidak apa kalau memang pilihan hidup adalah untuk mendapat kesejahteraan sendiri karena memang hak orang untuk hidup sejahtera. Jangan terlalu dibenturkan seperti pemahaman umum. Pesan terakhirnya dari teman, ‘ga perlu merasa bersalah kalo itu emang jalannya’.

Berpikir tentang apakah selama saya menjalani tinggal bersama masyarakat disini saya sudah menjalankan adil sejak dari pikiran tersebut. Sepertinya belum ya. karena toxic trait yang saya miliki salah satunya adalah curiga bahwa ketika empati yang menggerakan pikiran itu merupakan hal yang berlebihan. Beranggapan bahwa kehidupan ini memang keras, dan untuk melewati itu semua orang-orang harus menjadi lebih keras lagi. Jahat memang, dan saya sadari itu saya jahat.

Mungkin jika dilihat kembali memang pernah bersikap adil sejak dari pikiran namun itu hanya untuk orang-orang tertentu, kesannya egois dan pilih kasih. Jika diperhatikan di kampung sebenarnya banyak hal yang bisa dapat digali lagi untuk bisa paham tentang mereka. Terkadang saya menjalankan hal tersebut digerakan oleh rasa empati dan super ego, namun terkadang juga sikap bodo amat juga terlalu besar.

Kapan terakhir rekan-rekan menerapkan sikap adil sejak dari pikiran. Apakah pembelajaran selama pelatihan sudah cukup membuat sikap itu tertanap cukup baik. Atau teman-teman diluar sana, bagaimana pengalaman hidup kalian apakah sudah menyaksikan dan merasakan sendiri ketimpangan kelas atau malah masih saling melampiaskan amarak kepada sesama korban.