Perjalanan Mendengar #3; Ada yang Hampir Terlupa

Penulis: Asri Devi Yanty, 24 July 2022
image
Acara makan makan

Perjalanan panjang hakikatnya adalah tentang kesabaran; kesabaran untuk menuju ke suatu tempat yang kita tuju. Walau dalam perjalanan pasti kan ditemui rasa jenuh, yang dipenuhi rasa sabar, ia akan menang.

“Asri, kasihanmi kita jauh-jauh dari Medan kesini, sudah pernahkah naik kapal kecil begini?” ucap ibu ketika kita sudah sampai di desa cempedak. Hari senin itu ibu ada rapat di desa tetangga, namanya desa Cempedak dan ibu mengajakku untuk ikut hadir. “Ayo Asri ikut ibu ke Cempedak, bagusnya itu desa”

Hal-hal begini rasanya hangat sekali; diingat oleh yang sebelumnya sama sekali tidak dikenal. Asing, tapi berjalannya waktu mereka adalah keluarga baruku ketika berada di desa. Berada jauh dari keluarga kadang membuatku sedikit lebih mellow, rasanya kebaikan-kebaikan sederhana yang dilakukan oleh orang-orang desa langsung mengingatkan pada hangatnya keluargaku. Seperti sederhananya makan melingkar bersama-sama di keluarga ibu dan bapak. Atau ketika ada tetangga yang punya acara, mereka pun turut mengundangku untuk sekedar ikut makan bersama. Hal-hal ini sederhana tapi rasanya hangat sekali untukku yang jauh dari keluarga.

Ada satu hari aku pernah mengobrol dengan seorang bapak yang mana juga tetanggaku di desa. Obrolan kami cukup panjang, dari membahas desa sampai ke hal agama. Lalu entah bagaimana tiba-tiba bapak tersebut berkata “Seperti kita nih kan contoh perempuan berani, berani sekali pergi dari kampungnya, jauh-jauh naik pesawat terus ditugaskan di desa sendiri.” Kalimat-kalimat yang maknanya tidak jauh berbeda dari ini sebenarnya sering ku dengar di awal-awal penugasan, ketika berbincang dengan masyarakat banyak dari mereka yang berempati dengan kalimat-kalimat yang mengatakan “aku berani” tapi entah kenapa rasa hangatnya berbeda, ketika dikatakan di awal penugasan dan sekarang; yang penugasannya tersisa 4 bulan lagi. Rasanya kemarin aku hampir lupa, bahwa ada keberanian yang susah payah kubawa, ada tekad yang besar yang harus kuyakini bahwa semua ini harus dilalaui.

Rasanya kalimat sederhana itu terasa lebih hangat untukku yang terlalu rindu oleh keluarga dan kampung halamanku. Rasanya aku hampir lupa bahwa rasa hangatnya keluarga sudah banyak ku dapatkan di sini, walaupun mereka semua adalah orang-orang asing yang baru ku temui. Maka perjalanan ini belum usai, doaku semoga perjalanan ini terus hangat di hati.



Nb:

Kita = kamu, kata “kita” menandakan seseorang berbicara dengan sopan.