KIRIYOU VILLAGE

Penulis: Ian Arya Danarko, 17 July 2022
image
Kiriyou

Holaaa kawan, apa kabar? Semoga sehat selalu ya dimana pun berada. Oh iya kali ini gue mau cerita lagi nih tentang kampung tempat tugas gue yang bernama Kiriyou. Kampung ini merupakan salah satu kampung yang berada dalam salah satu distrik di Kabupaten Kepulauan Yapen, dimana kampung ini masuk dalam wilayah Distrik Yapen Utara yang bersebelahan langsung dengan Distrik Raimbawi di sebelah timur, Distrik Windesi di sebelah barat, Distrik Teluk Ampimoi, Distrik Yawakukat, dan Distrik Kosiwo disebelah selatan, serta Kabupaten Biak dan Selat Sorenarwa di sebelah utara.

Kiriyou yang berada di tengah-tengah distrik Yapen Utara atau biasa akrab disebut dengan Pantura. Kiriyou ini terbentuk atas pemekaran kampung sebelahnya yaitu Tindaret yang biasa disebut sebagai kampung tua. Kiriyou memiliki luasan sebesar 116,04 Km² dan rata-rata tempatur suhu pada angka 27,64°C berdasarkan laporan BPS Kabupaten Kepulauan Yapen tahun 2021. Selain itu tingkat kelembapan juga berada pada angka 82,25% sepanjang tahun 2021. Sebaran kekayaan alam Kiriyou sebagian masuk dalam kawasan Cagar Alam. Kawasan ini terdiri dari hutan produksi dan juga pantai yang berada persis di depan pemukiman masyarakat.

     Hutan yang masih digunakan oleh masyarakat ini lebih di dominasi kegunaannya untuk berkebun, karena masih terdapat beberapa tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber makanan dan juga sumber ekonomi masyarakat yang dapat dijual. Selain itu juga masih terdapat beberapa jenis pohon kayu yang juga dapat menjadi tambahan sumber ekonomi. Bentangan pantai berpasir di Kiriyou tentunya menambah kekayaan alam dimana pasir yang ada dapat digunakan oleh masyarakat sebagai bahan bangunan, selain itu juga terdapat beberapa sungai yang menjadi sumber air masyarakat dan bebatuan sungai yang biasa juga digunakan sebagai bahan bangunan.

    Tata guna lahan di Kiriyou digunakan sebagai lahan perkebunan dengan model agroforestry dimana cara berkebun masyarakat tidak membuat petakan-petakan bedeng, melainkan dengan menggunakan cara persebaran tanaman secara acak yang dipadukan dengan kegiatan kehutanan. Sehingga masing-masing masyarakatlah yang mengetahui kepemilikannya. Pemukiman masyarakat yang menyebar juga terbagi menjadi beberapa dusun yaitu dusun Manainyan, Weren, Saunggar dan juga Kariap dimana semua dusun ini bermukim disekitar bibir pantai dan dekat jalan utama Trans Yapen. Penggunaan lahan di kampung ini juga digunakan untuk beberapa fasilitas umum seperti sekolah, lapangan olahraga, balai desa dan tower BTS.

    Kiriyou berbatasan langsung dengan Kabupaten Biak Numfor dan Selat Sorenarwa dibagian utara, Kampung Tindaret di bagian barat, Kampung Konti dibagian selatan, dan Kampung Sambrawai dibagian timurnya. Untuk menuju ke Kiriyou dapat ditempuh dengan dua moda transportasi yaitu darat & laut. Untuk jalur darat dapat ditempuh menggunakan mobil atau motor pribadi, jika menggunakan umum dapat ditempuh menggunakan angkutan pickup masyarakat yang dapat dijumpai disekitar pasar kota Serui dengan harga Rp. 100.000 untuk sekali jalan. Sedangkan jika menggunakan moda transportasi laut dapat ditempuh menggunakan speedboat dengan memutar Pulau Yapen jika berangkat dari Kota Serui atau langsung menyebrang jika berangkat dari Kabupaten Biak Numfor. Mata pencaharian masyarakat di Kiriyou sebagian besar di dominasi sebagai petani kebun, tetapi juga ada yang menjadi nelayan dan tukang potong kayu.

    Masyarakat adat lokal di kampung ini terdiri dari satu suku besar yaitu suku Onate dengan marga terbesar yaitu Yowandare dan Merani. Menurut cerita masyarakat, moyang mereka berasal dari dua tempat yaitu dari daratan Biak dan daerah pegunungan pulau Yapen sehingga terbentuklah masyarakat Kiriyou dan keturunan Onate sampai saat ini. Kebudayaan masyarakat lokal yang menjadi tradisi turun temurun sampai saat ini ialah terkait acara adat yaitu "Tikam telinga" dan "Gunting Rambut" dimana dalam kebudayaan ini seorang anak perempuan yang masih kecil atau baru bertumbuh besar harus ditindik sebagai tanda perempuan dan untuk budaya gunting rambut ialah pemotongan rambut pertama kali semenjak seorang bayi lahir baik itu laki-laki maupun perempuan. Uniknya dalam kebudayaan ini ialah anak yang menjalankan kebudayaan tersebut nantinya akan mendapatkan hadiah berupa piring besar dan piring adat. Dalam prosesi adat ini, orang yang menikam atau menggunting rambut juga harus paman atau om dari anak laki-laki atau perempuan tersebut.

    Makna yang terkandung dalam budaya ini merupakan sebuah tanda pengingat untuk sang anak bahwa dia memiliki keluarga yang menyayanginya. Selain itu di desa ini juga masih terdapat alat musik tradisional yang biasa digunakan dalam acara-acara di kampung ini yaitu Tifa. Sayangnya, dalam hal kepemimpinan adat di Kiriyou sudah agak jarang dibahas oleh masyarakat meskipun letak-letak kepemilikan hak ulayat masih dalam cangkupan keluarga pimpinan adat atau biasa disebut Ondoafi. Stratifikasi dalam hal marga di Kiriyou juga masih sangat kuat. Hal ini dibuktikan dengan dominannya marga laki-laki (ayah) kepada keturunannya dari pada marga perempuan (ibu), tetapi bagusnya terkait pengambilan keputusan dalam rangka pembangunan kampung (Muskam) perempuan-perempuan di Kiriyou sudah dilibatkan dan diberi hak suara dalam hal tersebut.


Nah, kira-kira begitu lah sekilas gambaran tempat tugas gue saat ini di kabupaten Kepulauan Yapen kawan.. Barangkali ada yang mau mampir nanti tinggal kabar-kabar aja ya hihiww.. thank you kawan yang sudah mau membaca.