AKU DAN KELUARGAKU DI TEBAS

Penulis: Angelina Yosephine, 10 July 2022
image
Berlebaran di Tebas

Hai teman-teman...Bagaimana kabar kalian? Aku harap kalian dalam keadaan sehat walafiat semua ya.

Kali ini aku mau perkenalkan keluarga angkatku. Yap, keluarga inilah yang menerima aku ketika aku pertama kali sampai di kota Putussibau. Yang awal-awal, merekalah yang selalu aku repotkan. Eits, tenang aja, mereka ternyata keluarga yang sangat senang sekali membantu sesamanya. Dan aku melihat langsung saat ini mereka juga sedang menolong keluarga yang lain. Aku sangat terharu, dan tidak tahu hati mereka terbuat dari apa sehingga mereka sangat ikhlas sekali membantu siapapun itu.

Di keluarga ini, terdiri dari Ayah, Ibu, dan 4 orang anak. Aku memanggil Ayah dengan sebutan Ayah, dan aku memanggil Ibu dengan sebutan Ummak (sebutan orang melayu). Anak pertama namanya Kak Roha, sudah bekerja di Dinas Perpustakaan, yang kedua namanya Nazla, sudah bekerja di Pondok Pesantren, yang ketiga namanya Alid yang sering membantu Ayah Ummak dirumah, dan yang keempat namanya Tamam sedang menempuh tingkat SMA di Pondok Pesantren Gontor Jawa Timur. Uniknya saja dari keluarga ini, Ayah Ummak mempercayakan anaknya untuk sekolah di Pulau Jawa mulai dari SMP hingga masuk perguruan tinggi serta dibekali dengan Ilmu Agama yang tinggi.

Lebaran yang lalu aku diajak oleh keluarga ini untuk pergi berlibur dan berlebaran di kampung asalnya Ummak, yaitu di Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Kabupaten Sambas adalah Kabupaten yang berada di paling ujung barat laut Kalimantan Barat. FYI, kota ini disebut dengan Kota Limau (jeruk), sehingga mereka memiliki Tugu Limau. Ternyata setelah aku telusuri, Kota Sambas termasuk kota penghasil jeruk terbanyak di Indonesia. Hampir setiap rumah memiliki pohon jeruk. Sepanjang jalan menuju Kabupaten Sambas juga disajikan dengan pajangan hasil tangkapan hewan laut yang tergantung di pondok-pondok depan rumah, dan banyak sekali pohon kelapa yang berbaris teratur.


tugu-limau

Tugu Limau


Selama beberapa hari menuju lebaran, kami sibuk dengan membuat kue lapis. Karena kue lapis adalah kue wajib di kota ini, dengan berbagai macam varian rasa dan varian lapisannya. Untuk membuat 1 loyang kue lapis saja membutuhkan waktu 4 jam. Sehingga kami selalu saling membantu untukk melakukan pekerjaan yang lain. Ditengah-tengah sibuk membuat kue lapis, tak lupa juga kami membuat makanan khas di kota ini yaitu “bubur paddas”. Paddas disini yang berarti beragam sayuran dan rempah, sedangkan rasa pedasnya bukan dari cabai, tapi dari lada yang disangrai. 


kue-lapis

Kue Lapis


bubur-paddas

Bubur Paddas


kebun-jeruk

Kebun Limau (Jeruk)


Tahun ini merupakan tahun yang cukup baik untuk bisa bertemu dengan sanak saudara untuk berlebaran. Banyak yang berubah di lebaran tahun ini, ada yang kehilangan, ada yang bertambah, sehingga cukup membuat haru untuk keluarga di desa Ummak. Kami berkeliling mendatangi tetangga tempat besarnya Ummak. Hal ini mengingat memori-memori Ummak saat kecil dan tetap diwariskan adat-istiadatnya hingga pada anak-anaknya, agar anak-anaknya tetap mengenal sanak saudara dari Ummak. Saya pun dikenalkan dengan seluruh keluarga Ummak yang kami temui. Dengan hangatnya juga keluarga Ummak menyambut kehadiran saya di tengah-tengah mereka.

Setelah di penghujung hari sebelum kami pulang ke Kota Putussibau, tak lupa pula kami mengunjungi Keraton Sambas. Keraton yang masih berdiri sekarang ini didirikan pada tahun 1993 dan terletak di pinggir sungai. Menurut informasi yang saya dapatkan keluarga Kesultanan Sambas juga masih tinggal disini, maka dari itu tidak semua ruangan bisa kami masuki.


keraton-sambas

Keraton Sambas