Tenggelamnya Ketinting di Sungai Mappi

Penulis: Aditya Wisnumurti, 26 June 2022
image
Pak Anto berusaha mengangkat mesin ketinting

Hari yang cerah, tidak dengan keramah tamahanya …

 

Saat itu pada pertengahan bulan walau bukan waktunya untuk turun ke kota, aku diajak Pak Pilip dan Bu Ocha untuk turun ke kota. Mereka berdua merupakan guru pendatang di kampung yang aku tempati untuk Live – in sebagai Guru Pengajar Daerah Tertinggal atau biasa di sebut di Kabupaten Mappi GPDT

 

Mereka mengajakku turun ke kota bukan karena ada alasan, tapi memang ada keperluan untuk pemenuhan Bahan Makanan di kampung yang semakin menipis. Maklum saja aku sudah tinggal di kampung selama 3 Bulan tanpa turun ke koat sama sekali. Aku juga selama di kampung “Menumpag” bersama mereka.

 

Saat itu hari yang cerah kami turun ke kota hanya 3 hari. Satu hari kami habiskan perjalanan ke kota, satu hari untuk belanja bahan makanan beserta minyak, dan satu hari kami habiskan perjalanan pulang. Ketika perjalanan ke kota dan juga belanja kebutuhan bahan makanan serta minyak di kota kita tidak menemui kendala apapun dan tidak mempunya firasat yang buruk tentang apapun.

 ?

Tapi ketika perjalanan ingin pulang ke kampung, sesuatu terjadi

 

Memang tidak cuma 3 orang kami turun ke kota, tetapi kami ber 6 orang menggunakan ketiniting. Aku, Pak Pilip, Bu Ocha, Pak Anto (pendatang yang menetap di kampung), Tono (anak dari Pak Anto) dan Remis (Driver ketinting). Kami ber – 6 serta bahan makanan yang banyak kita beli dan minyak untuk keperluan kami di kampung ditambah ketinting yang kecil yang akan kami tumpangi ke kampung. Saat akan pulang tidak kusangka ketinting yang kami tumpangi saat turun ke kota, sangat penuh dengan barang – barang kami. Hampir batas air dan ketinting hampir sama, kami pun melaju perlahan pulang ke kampung.

 

Baru 5 menit kita berjalan air sudah masuk ke ketinting yang kami naiki. “Tono ayoo timba ton, air su masuk ke ketiniting” ucap pak anto dengan nada panik karena air sudah mulai masuk banyak ke ketinting. Kita segera menepi ke rawa yang tidak terlalu dalam, Haa kenapa tidak menepi ke daratan, karena memang hampir tidak ada daratan di kepi selain rawa dan sungai yang dalam . Setelah kami menepi ke rawa yang tidak terlalu dalam, kami sempat berdiskusi sebentar terkait apa yang akan kita lakukan karena barang terlalu banyak dan air yang sudah mulai masuk

 

Tak lama berselang kami memutuskan untuk kembali dulu ke pelabuhan tempat kita awal berangkat karena daratan selanjutnya masih jauh dan yang terdekat adalah pelabuhan awal. Tapi setelah ketinting berputar arah dan melajau menuju tempat awal seketika kepanikan dimulai. Hari yang cerah menurutku ketika kita awal berangkat berubah menjadi kepanikan untuk semua orang. Air langsung menghujam deras masuk ke ketinting lewat belakang ketinting, kemudian dilanjutkan air masuk ke dalam hingga bagian depan sampai semua ketinting yang kami tumpangi tenggelam semua. Bahan Makanan dan minyak yang kami bawa tenggelam semua di perairan

 

Panik karena tidak bisa berenang dan ketinting tenggelam itu yang aku rasakan. Untungnya kita tenggelam di perairan yang tidak terlalu dalam, ya walaupun tidak terlalu dalam itu sedadaku tapi aku berusaha tidak panik. Aku berusaha mengeluarkan handphone yang berada di tas selempangku untuk menelepon Desi yang kebetulan turun ke kepi juga.

 

“Hallo Assalamualaikum Des”

“Iyaa, waalaikumsalam gimana Dit ?” Tanya Desi

“Boleh minta tolong apa enggak, ketinting yang aku tumpangi tenggelam”

“Hahhh tenggelam ? tenggelam dimana ? kamu gapapa kan ?”

“Iyaa gapapa aku aman, aku di sekitar reep ya”

Reep merupakan jalan pintas ketiniting menuju kampung

“Aku harus ngapain ini ?” kata dia

“Coba kamu ke pelabuahn minta tolong orang pelabuhan untuk menjemput kami di reep”

“Yaudah aku berangkat dulu ke pelabuahn ya”

“Okee makasih ya, aku tunggu”

 

Tak lama berselang ada perahu Fiber yang menjemput kami di Reep.

“Awas – awas ada BASARNAS datang” kata salah satu orang yang ada di Fiber

“Ahahahaa, mantap om langsung Datang” kataku

“Iyaa toh, kita langsung berangkat jemput dong yang tenggelam to”

 

Akhirnya bahan makanan yang bisa kita selamatkan kita naikan ke dalam fiber dan juga minyak yang masih bisa kita pakai juga juga kita masukan ke dalam Fiber. Mesin ketiniting yang tenggelam juga kita bisa angkat kedalam Fiber serta ketiiting yang tenggelam bisa kita angkat dan dibawa ke pelabuhan.

 

 Sesampainya di pelabuahn :

“Wah ini keberatan mie korea ini, karena ini mie nya terlalu jauh dari korea” guyon salah satu orang yang membantu kami

“Ahahahaa, iyaa om memang kita kebanyakan mie korea ini” sautku

“Makanya beli mie biasa aja to, jangan mie korea terlalu jauh”

 

Setelah sudah sampai dan barang – barang sudah diturunkan dari Fiber, kami mencoba menguras dan memperbaiki mesin ketinting yang kemasukan air. Akhirnya mesin ketiting dapat berfungsi lagi dan bisa untuk pulang ke kampung. Namun kami pulang keeseokan harinya karena hari itu sudah tidak mungkin dan kami pulang menggunakan 2 buah ketinting

 

Dari hal yang aku alami itu aku bisa mengambil hal – hal positif tentang kejadian itu, bahwa jangan pernah memaksakan apapun diluar batas kemapuan kita dan merencakan dengan matang merupakan salah kunci utama keselamatan diri kita ..

 

Tetap berproses dan lakukan yang terbaik ..

 

Kampung Bifo, Kab. Mappi Aditya Wisnumurti