"Dapat balon surya ini saja saya bersyukur sekali, Nak Lina" - Pak Halim

Penulis: Herlin Linia, 20 March 2022
image
Foto Bersama Pak Halim, Kepala Dusun Kaloean

Masih di Desa Salubanua, Dusun Kaloean (Bohom Batu)

Sudah pasti. Apa yang diharapkan dari Dusun yang bersembunyi di balik gunung dan perbukitan?

Terdiri dari 7 rumah, 7 KK dan 1 bangunan masjid.

 

MCK belum ada, semua kegiatan langsung dilakukan di sungai kecil tidak terlalu jauh dari rumah.

 

Air bersih mengandalkan air gunung dengan selang langsung menyambung ke rumah-rumah warga tanpa adanya bak penampung (karena bak penampungnya sudah bocor) dengan resiko kalau hujan air akan keruh.

 

Makan mengandalkan apa yang ada di alam, dengan ikan kering yang akan mereka simpan jika suatu hari ingin makan ikan.

 

Jaringan telepon yang sangat terbatas, cuma hape komek-komek (kalau sebutan mereka untuk handphone yang hanya bisa telpon dan kirim sms) yang bisa menangkap sinyal dan itu di spot-spot tertentu.

 

Apalagi listrik? tiang saja tidak memungkinkan masuk ke dusun ini padahal dusun-dusun yang terletak di ibukota desa sudah terlistriki PLN.

 

Sebelum LTSHE-atau yang biasa warga desa menyebutnya balon surya masuk ke desa, hanya pelita yang menjadi sumber penerangan mereka dengan menggunakan bahan bakar seharga Rp.10.000,- per liternya pada saat itu.

 

"Senang sekali saya waktu tahu ada bantuan dari pemerintah"

"Karna terlalu putus asanya saya, atap rumah saya bolongi untuk meletakkan modul surya, tidak memikirkan apakah atap saya akan rusak atau bocor karena saya tahu dan saya yakin tidak akan ada bantuan untuk penerangan lagi selain balon surya ini"

"Dapat balon surya ini saja saya bersyukur sekali, Nak Lina"

Demikian suara hati yang keluar dari mulut pak dusun itu. Bapak Abdul Halim.

 

mereka sudah benar-benar di tahap yang tidak akan mencoba berharap lagi untuk mendapatkan bantuan penerangan lebih dari itu.