Pembangunan Rumah Adat Sumba di Desa Waimanu

Penulis: Rizaldy Khoiru Suhud, 17 October 2022
image
Uma Marapu, Kampung Padabar, Desa Waimanu

Salah satu kegiatan patriot di desa penugasan adalah bersosialisasi dengan masyarakat melalui kegiatan sehari-hari hingga kegiatan adat. Pada bulan April di Kampung Padabar, Desa Waimanu, Kabupaten Sumba Tengah terdapat acara adat pembangunan rumah adat bernama Uma Marapu. Uma Marapu merupakan salah satu rumah besar kramat di Kampung Padabar. Rumah besar adalah rumah berkumpulnya para keluarga besar.

Kebudayaan Sumba sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan tidak akan pernah terpisahkan dalam kehidupan mereka. Dalam pembangunan rumah adat kramat tidak sembarang dilakukan dan terdapat beberapa ritual adat yang harus dijalani. Pembangunan Uma Marapu memakan waktu sekitar 5 bulan (April-Agustus). Hal tersebut dimulai dari ritual adat penarikan kayu, pendirian rumah hingga finishing rumah. Hal lain, seperti pencarian kayu tidak termasuk dalam waktu tersebut.

Pembangunan Uma Marapu dimulai dengan mencari kayu kramat di hutan yang merupakan kayu terbesar yang diletakkan di tengah rumah. Kayu kramat tersebut disebut dengan istilah Mayela. Kayu tersebut hanya bisa dilihat oleh Rato Adat ketika berada di hutan (diumpamakan kayu tersebut seperti arwah sehingga tidak terlihat kasat mata).

Dalam mendirikan bagian tengah rumah, kayu Mayela dilengkapi dengan 3 kayu lainnya yang menopang atap menara rumah dan sebagai pusat sebaran distribusi beban di sekeliling rumah. Selain terdiri dari kolom-kolom, rumah adat Sumba juga terdiri dari balok, gording (rangkaian atap dalam) dan usuk (tempat seng/ alang dikaitkan).


 1

Model rumah adat Sumba


Model rumah adat Sumba adalah rumah panggung dengan ciri khas atap menara yang menjulang setinggi hingga 15 meter. Model rumah panggung memiliki 3 tingkatan dengan fungsi masing-masing. Tingkat dasar digunakan sebagai tempat/ kandang hewan, difilosofikan tempat roh-roh jahat dan hewan. Tingkat kedua yaitu rumah yang ditinggali oleh manusia, difilosofikan tempat dimana manusia menjalani kehidupan sehari-hari. Tingkat ketiga yaitu tempat untuk menyimpan makanan, difilosofikan tempat di bawah menara langsung adalah tempat nenek moyang dan leluhur.

Berdasarkan observasi ketika melakukan kegiatan live in, pembangunan rumah adat Uma Marapu terdiri dari proses-proses berikut:

1.    Penarikan 4 kayu utama yang akan digunakan sebagai bagian kolom tengah rumah

 

2

Penarikan kayu dari tempat asal (tempat menyimpan)

 

 3

Penarikan kayu di jalan menuju kampung

 

Penarikan kayu dilakukan oleh kaum laki-laki terutama yang berasal dari pihak keluarga, pangkat keluarga, hubungan suku. Selain itu, masyarakat desa lainnya membantu sebagai bentuk dari gotong royong. Bagian atas kayu yang ditarik akan dilubangi dan diikat dengan tali alam/ akar alam sebagai tali penarik kayu. Alas dasar lintasan kayu adalah kayu-kayu kecil gelondongan sehingga mengurangi adanya gesekan dan mempercepat peregerakan kayu besar.

 

2.   Ritual penyambutan kayu di muka/ gerbang masuk kampung

 

4

Ritual penyambutan 4 tiang kayu utama di muka Kampung (Pemanahan organ dalam kambing)

 

 5

Penaburan beras sebagai bagian dari ritual

 

Penyambutan kayu di muka kampung diiringi dengan omongan adat. Lalu diikuti dengan penyembelihan kambing di muka kampung dan membiarkan kambing begitu saja. Bagian organ dalam kambing tertentu ditancapkan di busur panah. Setelah itu, pemanahan organ dalam kambing dilakukan oleh rato adat sembari rato adat lainnya menaburkan beras ke arah pemanahan. Arah panah yang dituju adalah arah

Utara, Selatan, Barat, Timur, Atas dan Bawah.

 

3.   Pemikulan kayu-kayu kecil

 

6

Pemikulan kayu dari tempat asal (tempat menyimpan)

 

 7

Pemikulan kayu di jalan menuju kampung

 

4.   Pengaturan (Modelling) bentuk kayu (tempat cincin kayu)


 8

Penggergajian bagian atas kayu

 

 9

Merapikan landasan cincin kayu

 

 10

Lokasi cincin kayu di kolom utama

 

Pembentukan lintasan serta cincin kayu dilakukan oleh tukang kayu dengan menggunakan perlengakan alat pahat.

 

5.   Pengukiran Kayu 4 Kolom Utama

 

11

Pengukiran kayu

 

Ukiran yang dibentuk disesuaikan dengan kemauan pemilik rumah. Bentuk ukiran tidak ada persyaratan khusus untuk suku tertentu.

 

6.   Pendirian 4 kayu kolom utama dan Pendirian kayu kolom lainnya

 

12

Pendirian kolom-kolom kayu

 

Pendirian kolom-kolom kayu dilakukan di pagi hari. Empat kolom utama yang berupa kayu-kayu besar (salah satunya kayu kramat) didirikan dengan cara ditarik oleh kaum laki-laki. Beberapa kolom kecil pelengkap didirikan dengan cara ditarik oleh kaum perempuan.

 

7.   Penyusunan kerangka pelengkap struktur utama

 

13

Pengakuan struktur kolom

 

Pengaitan antar kolom dilakukan untuk memperkuat struktur bangunan rumah, juga sebagai bahan utama lantai. Pengakuan dilakukan dengan menghubungkan antar kolom dengan kayu solid. Penghubungan dilakukan dengan mencongkel bagian sambungan kayu, dipaskan sambungan lalu dipatenkan dengan paku maupun tali akar kayu.

 

8.   Peletakan plat dasar menara

 

14

Tampak susunan dasar atap menara

 

9.   Penyusunan kerangka atap

 

15

Tampak rangkaian atap menara

 

 16

 Tampak rangkaian atap rumah keseluruhan

 

17

Tampak rumah saat proses finishing dinding dan kusen kayu

 

10. Penyusunan kusen kayu dan Penyusunan papan kayu sebagai dinding

 

 18

Tampak rumah yang sudah siap dihuni

Bahan-bahan kayu penyusun kolom utama biasa didapatkan dari hutan. Bahan kayu lainnya dan papan kayu merupakan milik keluarga pemilik rumah yang memang sebagian besar masyarakat memiliki kebun kayu. Sedangkan bahan atap seng di beli dari took bangunan.

Berikut merupakan penamaan bagian-bagian di rumah adat Sumba;

 

19

Bagian-bagian rumah adat Sumba

Sumber: Winee, 2019