Jagung

Penulis: Fitria Siti Fatima, 15 October 2022
image
Jagung Hibrida

Apakah program food estate memikirkan rakyat?

Program food estate di Desa Oka Wacu menyebabkan semakin menghilangnya benih jagung lokal. Pemerintah daerah mengharuskan masing-masing masyarakat Desa Oka Wacu menggunakan 2 hektar lahan untuk ditanam benih jagung hibrida. Jika masyarakat hanya memiliki lahan yang terbatas, maka lahannya habis digunakan untuk menanam jagung hibrida. Cara penanamannya pun diatur oleh para pendamping pertanian. Masyarakat tidak bisa menggunakan teknik penanaman yang telah digunakan secara turun temurun dari leluhur. Jarak penanaman benih jagung menjadi lebih sempit dibandingkan jarak dengan teknik lokal. Hasilnya? Jika menggunakan teknik yang diberikan, tanaman jagung bertumbuh lebih kecil.

Warna jagung hibrida memang lebih menarik dibanding dengan jagung lokal yang putih pucat. Tekstur jagung hibrida lebih keras dan susah untuk dikunyah. Sedangkan jagung lokal, teksturnya lebih lembut dan rasanya lebih manis dan gurih. Masa penyimpanan jagung lokal lebih lama dan awet dibandingkan dengan jagung hibrida. Menurut masyarakat setempat, jagung hibrida cepat berubah menjadi bubuk.

Jika jagung tersebut cepat berubah menjadi bubuk, apakah masyarakat punya cadangan makanan untuk beberapa bulan selanjutnya?

Lalu, apakah sebenarnya tujuan masyarakat disuruh untuk menanam jagung hibrida adalah untuk dikonsumsi masyarakat atau untuk pakan hewan?

Tidak ada pendampingan pasca panen sehingga masyarakat mengalami kebingungan untuk mengolah jagung yang keras. Tidak ada pendampingan harus kemana masyarakat menjual hasil panen tersebut. Kenapa masyarakat tidak mencari tahu sendiri informasi? Masyarakat sangat kesulitan untuk mendapatkan informasi. Akses yang terdapat dalam mendapatkan berbagai informasi.

Lalu, bagaimana jika masyarakat menolak menolak menanam jagung hibrida? Tentu saja akan ditegus oleh para pendamping pertanian dan pemerintah setempat.