Perjalanan Patriot di Kampung Harome, Distrik Obaa, Kabupaten Mappi (edisi Mar-Apr)

Penulis: Ratu Atikah, 15 October 2022
image
Sarapan Pagi Sagu Bakar Bersama Keluarga

Jika sebelumnya patriot tinggal dirumah bapak Rony, rumah dari beton dengan ukuran 10x8 m2 dilengkapi 3 kamar tidur yang diisi oleh 3 KK, lalu tersambung rumah penggung dari kayu dengan ukuran yang sama dan dijadikan dapur sekaligus tempat beberapa pemuda kampung tidur disana. Kali ini, karena satu dan lain hal, keluarga bapak Rony termasuk patriot mengungsi ke rumah tetangga yang merupakan orangtua dari mama Sesil, yaitu; Tete Ger dan Nene Veronica, Rumah mereka berbentuk panggung yang terbuat dari kayu dan tersambung dengan ruangan kayu yang lebih kecil untuk dapur, tete Ger dan nene Veronica tinggal bersama cucunya yang sudah yatim-piatu bernama Kaitanus (9 tahun), biasanya ada 2 KK lain yang tinggal bersama mereka namun saat ini Dua keluarga muda tersebut sedang menetap di Kota Kepi untuk keperluan sekolahnya.

           Rumah panggung tete Ger hanya terdiri dari satu ruangan saja, pada malam hari kami menggunakan kelambu masing-masing sebagai penanda area tidur kami atau bias dibilang kamar tidur darurat. Meskipun rumah beliau sangat sederhana, kebersamaan kami lebih terasa karena berkumpul diarea yang sama tanpa sekat, saat siang haripun rumah beratapkan daun sagu ini terasa lebih sejuk ketimbang keadaan didalam rumah beton yang seperti oven jika matahari sangat terik.

           Pada bulan Maret 2022, patriot memiliki kesempatan untuk mengikuti Novi untuk memancing ikan Gastor (Gabus Toraja) dan ikan betik di rawa sekitar kampong pada pagi hari menggunakan ketitinting, biasanya patriot dilarang ikut karena kendaraan yang tersedia hanya perahu kayu yang hanya bermuatan satu orang saja. Pada saat itu patriot berinisiatif untuk melanjutkan ibadah puasa beliau untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan pada bulan April, namun ternyata proses memancing kami sampai siang hari dengan matari yang sangat terik tanpa adanya bayangan dari awan, alhasil setengah kegiatan patriot hanya istirahat dan tidur terlentang diatas ketinting untuk menghindari dehidrasi.

           Hingga akhirnya memasuki bulan Ramadhan, patriot dapat merasakan bagaimana proses ibadah puasa sebagai minoritas dikampung yang seluruh warganya beragama Kristen Protestan, waktu sholat tanpa seruan Adzan, melaksanakan Taraweh sendiri juga sahur dan berbuka. Toleransi dari keluarga induk-semang patriot merupakan salah satu faktor yang menyenangkan, termasuk saat ada kegiatan ibadah Paskah di gereja kampung tetangga, Kampung Kadam, sembari melaksanankan ibadah puasa, patriot dapat menikmati suasana ibadah Paskah warga kampung Harome.