Kata penyesalan

Penulis: Sukma, 03 October 2022
image
bersama anak-anak

Koha !!!

Hari ini awal bulan memulai aktifitas untuk masuk kampung kembali, Sepanjang perjalanan untuk ke kampung, mobil yang saya tumpangi dikelilingi dengan kabut, orang dikampung biasa menyebutnya dengan kelambu putih, cuaca yang dingin membuat saya harus mengenakan jaket yang tebal serta memakai topi sebagai penutup kepala, untuk masuk ke kampung saya menggunakan mobil taxi hilux open kap dengan penumpang yang akan melebihi batas maksimum, biasanya saya akan duduk di bagian luar. duduk di bak luar dengan penumpang yang lain sangatlah seru, selain duduk sempit-sepitan, kita juga bisa menikmati udara pagi dan melihat jajaran pohon-pohon tinggi di sepanjang perjalanan. Untuk menuju ke Kampung Diyeugi membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan dengan medan jalan yang menanjak dan berliku-liku.

Membantu mengajar di sekolah inpres yang ada di kampung adalah kegiatan rutin yang saya lakukan disetiap hari senin – kamis, murid ini diambil dari 3 kampung yaitu dari Diyeugi, Piyakunu dan Wanewo, dimana letak sekolah ini berada jauh dari kampung Wanewo, kurang lebih 4 km yang ditempuh anak-anak dari Wanewo dengan berjalan kaki. Begitu keras perjuangan anak-anak dari Wanewo untuk bisa bersekolah, mereka harus bangun sepagi mungkin untuk bersiap kesekolah kemudian berjalan kaki selama 1 - 2 jam lamanya, sayangnya yang sering terjadi, ketika anak-anak ini sudah sampai di sekolah ternyata tidak ada guru yang datang dan mereka harus diliburkan. Kejadian seperti ini sudah beberapa kali saya dapatkan, sangat disayangkan informasi libur itu baru disampaikan ketika murid sudah berkumpul disekolah.

Selama saya membantu mengajar disekolah ini banyak hal yang saya pribadi juga belajar dari anak-anak. Seperti bagaimana mereka bisa bahagia dengan hal sederhana menurut saya, bagaimana mereka bisa menikmati makanan tanpa una inu, mereka yang senang berbagi walaupun sedikit. Siang itu ketika saya berada di kios, saya memperhatikan dimana seorang anak sedang membeli gula-gula kopiko sebanyak seribu mendapatkan 3 buah saja, kemudian teman anak ini datang, anak yang membeli gula-gula ini langsung memberikan 1 kopiko nya ke temannya padahal si temannya ini tidak meminta kopiko tersebut. Ketika disekolah juga mereka tetap bisa berbahagia walaupun hanya bermain dengan alat seadanya dan juga pada saat makan anak-anak ini apapun makanan nya mereka akan tetap bahagia dan menikmati makanan tersebut, tidak seperti saya di waktu kecil, ketika dipanggil makan oleh ibu biasanya saya akan bertanya dulu “lauknya apa ?” sungguh ketika melihat anak-anak ini hanya menyantap sepotong ubi bakar tanpa lauk, saya sangat tertampar dengan kata-kata saya dulu di waktu seumuran mereka.

Kegiatan masak akan selalu kita temui, dimana selama saya live in, saya memperhatikan pola memasak mamah-mamah disini, di Pagi hari mamah-mamah biasanya akan memasak ubi bakar yang banyak sekaligus persediaan untuk makan siang dan untuk makan malam biasanya mamah akan memasak nasi yang terdapat beras dirumahnya karena dikampung ini tidak semua orang biasa dan mampu dalam membeli beras. Jadi mamah hanya akan memasak di dua waktu itu saja pagi dan malam.