Energy Transition Youth Forum: Patriot Energi, Pemuda Mengabdi, Pemuda Bersinergi

Penulis: Kartika Kusumaningrum, 30 September 2022
image
Kemeriahan dan Semangat Membara

Perhelatan Presidensi G20 di Indonesia yang dimulai pada 1 Desember 2021 sampai KTT G20 di November 2022 menjadikan fokus transisi energi menjadi salah satu bagian dari isu yang dibahas pada presidensi ini. Transisi energi menjadi bagian penting sebagai salah satu wujud keikutsertaan Indonesia dalam peran aktifnya sebagai warga global guna menciptakan energi bersih dan menjaga iklim dunia. Peran serta pemuda sebagai salah satu aset penggerak bangsa dianggap perlu untuk terlibat dalam percepatan perubahan penggunaan sumber energi dan hal ini didukung penuh oleh Kementrian ESDM sebagai salah satu stakeholder yang memiliki wewenang dalam ranah energi. Salah satu rangkaian acara yang diadakan dalam mengawal fokus transisi adalah Energy Transition Youth Forum, (25-03-2022) sebagai salah satu rangkaian acara dalam 1st Energy Transition Working Group (ETWG) di Yogyakarta.

Patriot Energi hadir sebagai bagian dari percepatan alih sumber energi ini dengan cara mendatangkan para patriot, pemuda-pemuda, yang hadir ke pelosok negeri untuk melakukan kajian, survei, dan profiling sumber-sumber energi baru terbarukan yang nantinya dapat digunakan sebagai dasar untuk menghadirkan sarana prasarana berupa infrastruktur kelistrikan guna memberikan pemerataan akses energi bagi masyarakat luas. Tidak hanya itu saja, kehadiran patriot energi di lapangan juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai energi baru terbarukan dan juga pendampingan terhadap mereka.

Selama mengikuti acara Energy Transition Youth Forum, ada beberapa hal yang perlu dijadikan sebagai pengayaan dan juga perhatian. Indonesia kaya akan sumber-sumber energi, baik yang terbarukan maupun fossil. Inovasi-inovasi untuk mengembangkannya menjadi sebuah teknologi yang tepat guna perlu untuk dilakukan. Melalui forum inilah pemuda ditantang untuk menunjukkan kreativitas dan daya pikirnya untuk membuat sebuah terobosan baru dalam bidang inovasi teknologi untuk mampu mengelola kekayaan sumber daya alam, terutama sumber daya terbarukan, menjadi sebuah potensi yang dapat menyuplai kebutuhan energi Indonesia. Melalui forum kemarin dapat dilihat bahwa memang pemerintah, melalui G20, memang memiliki komitmen untuk mewujudkan energi yang bersih. Hal ini juga didukung dengan harapan bahwa di tahun 2060, Indonesia akan mengalami zero emission.

Salah satu acara yang diadakan dalam Energy Transition Youth Forum adalah Talk Show yang menghadirkan beberapa narasumber, seperti perwakilan dari PLN, Pertamina, Strat Up energi yang dalam sesi ini diwakili oleh Aillesh, Gerilya, dan juga Patriot Energi. Acara Talk Show ini mengupas seputar pengalaman yang dialami oleh para narasumber, yaitu perwakilan dari Gerilya, Patriot energi, dan juga Aillesh Power. Sementara perwakilan dari Pertamina dan PLN dimintai pendapat mengenai bagaimana cara mereka menjaring inovasi dari para pemuda.

Meringkas isi talk show yang disampaikan, memang jika ingin memanfaatkan kekayaan alam Indonesia dalam hal pemanfaatan sumber energi baru terbarukan, Indonesia masih membutuhkan inovator-inovator handal dalam bidang teknologi. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan lagi, Indonesia juga memerlukan evaluator dalam bidang implementasi pembangunan. Adal salah satu penanya dari perwakilan BEM UGM yang menanyakan tentang keberlanjutan dari keberadaan pembangkit yang ada di lapangan karena banyak kasus pembangkit tidak lagi berfungsi setelah selesai dibangun. Pihak PLN memberikan tanggapan bahwa seharusnya tidak ada aset milik PLN yang terbengkalai karena itu nanti bisa berurusan dengan KPK, jadi bisa dilakukan pelaporan dan pemberitahuan kepada PLN jika ditemukan pembangkit yang mangkrak. Selanjutnya host acara memberikan kesempatan kepada saya, selaku perwakilan dari Patriot Energi untuk memberikan tanggapan seputar keadaan di lapangan.

Saya menceritakan bahwa pembangunan tidak hanya menyasar pada aspek perkembangan fisik saja, tetapi juga harus melihat bagaimana aspek-aspek di luar itu diperhatikan seperti lingkungan, sosial, politik, ekonomi, hingga budaya karena ketika ditemui di lapangan, aspek fisik cepat untuk dikejar, sementara untuk aspek yang lainnya harus beriringan. Contoh kasus yang real dialami adalah bahwa di desa penugasan saya, Praikaroku Jangga, Kec. Umbu Ratu Nggay, Kab. Sumba Tengah, NTT terdapat satu unit PLTMH yang saat ini berada dala kondisi yang rusak, turbin yang dipasang tidak sesuai dengan debit yang dihasilakan, serta ada beberapa kabel dan tiang yang kondisinya sudah tidak dapat digunakan lagi dan juga koperasi yang telah dibentuk tidak dapat menyelamatkan kondisinya. Kejadian ini merupakan cermin atau potret dari kondisi kebanyakan pembangkit yang telah dibangun. Kelembagaan yang baik menjadi kunci berhasilnya pembangunan EBT di desa-desa. Hah, memang bukanlah perkara mudah untuk mewujudkan keberhasilan ini.

Melalui rangkaian kebijakan yang akan Indonesia jalankan, sudah sepantasnya pemahaman mengenai kebijakan paska pembangunan menjadi perhatian karena untuk apa membangun banyak-banyak pembangkit kalau ujung-ujungnya hanya tidak akan terpakai. Semoga ke depannya kebijakan mengenai paska pembangunan memang benar-benar akan “digodhog” sedemikian rupa agar meminimalisir mangkraknya proyek yang sudah ada.