Sungai Kaloean di Bohombatu (Part 2)

Penulis: Aimmatul Yumna Fathul Izza, 22 September 2022
image
Kembali ke Kecamatan Mambi

Sepi dan sunyi ketika sampai disini, Dusun Bohombatu Desa Salubanua. karena hanya ada 7 rumah yang berdiri tegak ditinggali oleh satu anggota keluarga masing – masing, mereka hidup dengan damai dan berkecukupan. Hasil alam yang mereka maksimalkan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari mereka dan tidak mengeluhkan apa yang tidak ada. Beberapa warga merantau untuk mencari penghasilan tambahan yang akan dikirimkan ke keluarga di rumah. Sisanya Bertani di kebun, ladang, dan sawah mereka masing – masing. Beberapa anak SD masih bertahan bersekolah di MI Salubanua dengan satu orang guru yang mengajar. Tidak setiap hari mereka bersekolah, karena guru mereka juga memiliki pekerjaan lain sebagai petani. Double job dan minimnya tenaga pengajar di Dusun Bohombatu menyebabkan anak – anak sekolah tidak selalu bersekolah full dalam seminggu. Paling banyak adalah 3 hari dalam seminggu. Pernah ada guru yang datang dari kecamatan ditugaskan untuk mengajar di SD Salubanua, namuna mereka tidak tahan mengajar dikarenakan akses transportasi yang sulit dan perjalanan dari kecamatan yang cukup jauh, belum lagi lokasi Desa Salubanua bisa dibilang cukup terisolasi oleh hamparan hutan – hutan.

2-mi-darul-falah

(sekolah di Dusun Kaloean)


Hari pertama di Dusun Bohombatu, Kami disambut oleh Bapak Dusun Bohombatu, Bapak Abdul Halim.    Beliau menyampaikan bahwa Beliau mengira Kami tidak akan sampai di Dusun Bohombatu ini, karna sebelum – sebelumnya belum pernah ada petugas masuk ke dusun ini. Beberapa orang warga dusun ini mengatakan hal yang sama, contohnya Bapak Abdul Salam yang mengatakan, “ Selama Saya hidup disini 50 tahun lebih belum ada petugas dari luar masuk ke Dusun Bohombatu, hanya Kita’ (Kita’ adalah Anda dalam bahasa Sulawesi) ini yang sampai disini.”. Namun, kenyataannya Kami sudah berdiri di Dusun Bohombatu dengan selamat dan dengan senang gembira.

2-survei

(survei LTSHE)


Sesampainya di rumah Pak Dusun, Kami disambut dengan kopi hasil kebun dan bajek. Bajek adalah makanan khas Sulawesi Barat yang biasanya disajikan ketika ada acara – acara penting termasuk maulid nabi. Bajek dibuat dari beras ketan yang direbus setengah matang kemudian dimasak dengan gula merah hingga merata dan dibungkus menggunakan daun pisang. Aroma khas daun lapasan menambah khas cita rasa bajek yang disajikan dengan kopi hitam hangat disaat hujan.

2-bajek

(bajek)


Selama seharian berkenalan dengan warga – warga Dusun Bohombatu, banyak hal – hal yang dapat dijadikan pelajaran. Salah satunya adalah alasan mereka masih bertahan di dusun tersebut walaupun mereka sudah memiliki rumah dan tanah yang digarap di desa transmigrasi. Alasan mereka adalah karena Dusun Bohombatu merupakan tanah kelahiran mereka dan tanah nenek moyang mereka yang harus mereka jaga. Mereka masih akan bertahan di Dusun Bohombatu untuk waktu yang lama. Warga – warga Dusun Bohombatu sangat menjaga apa – apa yang sudah diwariskan oleh nenek moyang mereka, termasuk tanah yang mereka tinggali sekarang. Mengobrol dengan warga – warga hingga larut malam dan dinginnya udara di Dusun Bohombatu membuat kopi hangat menjadi lebih nikmat.

2-bajek-dan-kopi

(bajek dan kopi)


Keesokan harinya, hujan melanda terus menerus selama seharian dan kehidupan di Dusun Bohombatu terhambat. Selama seharian hujan, tidak ada kegiatan mandi, mencuci baju, dan buang air di sungai karena setelah hujan, Sungai Kaloean keruh dan meluap sehingga akan lebih bahaya. Seharian hanya bisa di rumah dan tidak dapat melakukan apapun selain bercengkrama bersama keluarga untuk menghabiskan waktu. Dinginnya udara di Dusun Bohombatu dinetralisir dengan kopi hitam hangat dengan obrolan – obrolan ringan Bapak Abdul Salam. Menginap di rumah Bapak Abdul Salam selama dua malam dengan disuguhi beberapa varian makanan yang belum pernah dimakasn selama beberapa bulan terakhir. Sayur bening dengan menggunakan daun lemuruk, daun ini memiliki tulang daun menjari seperti daun papaya tapi ukurannya kecil, namun jangan heran karena tekstur daun lemuruk yang sudah direbus mengeluarkan lendir namun tidak merubah rasa enaknya sayur daun lemuruk. 

2-daun-lemuru

(daun lemuru')


Kemudian disajikan juga nasi merah dari hasil kebun Bapak Abdul Salam ditemani dengan sayur umbuk. Sayur umbuk memiliki bahan utama tunas kelapa yang masih muda, memiliki rasa sedikit manis ketika dimasak menggunakan bawang. Bawang yang digunakan di Dusun Bohombatu ini pun bukan bawang merah dan putih biasa, namun bawang kampung yang bentuknya menyerupai bawang merah namun daunnya kecil. Di lain kesempatan, makanan yang lain juga disuguhkan seperti nasi beras ketan dan sambal kemiri yang beraroma gu rih khas sereh. Sambal kemiri ini sangat cocok disuguhkan dengan nasi beras ketan dan bisa ditemani juga dengan ikan asin. Semua makanan yang disuguhkan disini merupakan hasil kebun mereka kecuali ikan asin yang mereka beli di desa transmigrasi.

Pertanyaan terlontar, “mengapa dengan hasil kebun yang kaya seperti ini, Bapak tidak menjual nya ke Kecamatan Mambi atau ke desa lain?”. Pertanyaan tersebut dijawabnya dengan sederhana, “jalannya sulit, jauhnya perjalanan tidak akan menghasilkan keuntungan yang sebanding dengan bensin yang dibeli untuk menyewa mobil hartop”. Sulitnya akses jalan disini adalah hal yang menyebabkan hasil kebun yang kaya ini hanya dikonsumsi pribadi dan tidak dijual keluar, walaupun hasil kebun mereka adalah kualitas bagus karena mereka menanamnya tidak menggunakan pupuk dan pestisida, semua dilakukan dengan organik. Hasil pertanian yang serba organik menyebabkan makanan di Dusun Bohombatu ini lebih sehat dan lebih terjamin kualitasnya.

Setelah menunggu hujan selama satu hari penuh, hari ketiga dilakukan survei Pra-Fs PLTMH di Sungai Kaloean. Sungai ini menjadi sumber kehidupan warga Dusun Bohombatu, karena itu beberapa warga desa lain menyebut dusun ini bukan Dusun Bohombatu namun Dusun Kaloan karena dilalui oleh Sungai Kaloean. Survei dimulai dengan menghitung debit aliran Sungai Kaloean berjarak kurnag lebih 1,3 km dari dusun. Kemudian mencari ketinggian head yang cocok, namun belum ditemukan titik yang pas di Sungai Kaloean. Hari sudah menjelang siang sehingga harus segera kembali ke Desa Salubanua, karena khawatir akan turun hujan lagi ketika sudah diatas dari jam 2 siang.

2-foto-pak-dusun

(berfoto bersama keluarga pak dusun)


Perjalanan menuju Desa Salubanua dimulai pada pukul 12 siang dan sampai di desa pukul 3 sore hari. Perjalanan menuju ke Desa Salubanua membutuhkan waktu yang lebih lama karena diguyur hujan di pertengahan jalan dan jalanan menjadi lebih licin. Tantangan selanjutnya adalah meluapnya Sungai Mehalaan yang harus dilewati untuk menuju Desa Salubanua. Mau tidak mau harus dilewati sungai tersebut yang tingginya sudah mencapai 70 cm sampai 1 meter. Sampainya di Desa Salubanua, sambutan hangat warga dan beberapa pertanyaan bagaimana kondisi Dusun Bohombatu serta jalanan menuju kesana banyak dilontarkan. Setelah mandi dan beres – beres mulai nongkrong dengan warga – warga Desa Salubanua dan bercerita mengenai pengalaman selama di Dusun Bohombatu. Tidak ada kata lain selain menyenangkan dan dinantikan kesempatan untuk bisa kembali ke dusun itu lagi. Paginya, sudah harus kembali ke Kecamatan Mambi untuk menyelesaikan laporan dan melanjutkan petualangan lainnya ke Desa Pamoseang. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup, mendapatkan ilmu yang belum pernah diajarkan di bangku sekolah bahkan di rumah dalam asuhan orang tua. Bersyukur sekali karena bisa diberi kesempatan untuk selalu belajar hal – hal yang baru.