Kiriman

Penulis: Siti Nurjannah, 19 September 2022
image
Gunung Weyland tertutup awan

Suatu hari kami sedang makan siang, tiba-tiba Kakak Tua ada tersedak saat makan, hal ini berlangsung beberapa menit dan sangat berbahaya. Setelah si daging yang mengganjal di tenggorokan berhasil dikeluarkan, “Aduh ini kiriman orang iri hati dan benci jadi.” Kakak Tua bilang dia dapat kiriman dari orang yang iri hati dan benci padanya. Padahal jika dilihat menurut pandangan medis, tersedak itu dikarenakan terbukanya rongga di tenggorokan biasanya mengunyah makanan terburu-buru atau berbicara sambil makan.


Pernah saat saya akan bertemu kepala sekolah ternyata beliau sakit, saya pikir sebaiknya saya menengok bapak kepala, tapi adik desa menyarankan tidak usah dulu, disini itu tidak biasa ucapnya. Kemungkinan bisa saja ketularan sakit atau kalau tambah parah jangan sampai dianggap karena kunjungan kita. Ternyata hanya keluarga terdekat yang bisa mengunjungi orang sakit, tidak bisa sembarangan orang.


Tingkat kematian di kampung juga sangat tinggi, anak yang sakit-sakitan tanpa diketahui dengan pasti apa penyebabnya berjuang untuk hidup dengan mengandalkan sistem kekebalan tubuh, jika tidak bisa survive maka dia akan berakhir dengan beristirahat untuk selamanya. Biasanya kematian akan dikaitkan dengan hal mistik seperti bertemu setan, roh jahat atau dapat kiriman. Sakit badan dapat kiriman, tiba-tiba tersedak dapat kiriman, entah kiriman dari siapa.


Keinginan untuk mengemukakan pandangan kepada masyarakat sangat perlu, tapi harus pelan-pelan karena tidak bisa langsung dibantah karena kepercayaan yang sudah tertanam hanya bisa diberikan pengertian sedikit demi sedikit. Misal saat membicarakan persoalan kiriman atau pun orang sakit dan kematian dengan mama.

“Mama, kalau di tempat tinggal saya juga ada hal-hal semacam kiriman itu, akan tetapi kami biasanya saling mengunjungi kalau ada yang sakit untuk mendoakan dan menyemangati, keluarga yang sakit juga sudah cari tahu diagnosa penyakit dari tenaga kesehatan, terlepas dari itu kita orang harus mempercayakan semuanya kepada Tuhan, iya toh mama?”

”disini itu susah uang, jadi berobat susah” jawab Mama

Terdiam sejenak, tak bisa berkata-kata...