Pemalangan merupakan bentuk protes ??

Penulis: Sukma, 18 September 2022
image
jalan dan gedung sekolah

Koha !!!

Setelah melakukan survey LTSHE selama 2 bulan, Hari ini penulis akan menceritakan fakta - fakta yang ditemukan selama berada di Kab Dogiyai, Pagi itu saya dan teman- teman berniat ingin bertemu dengan kepala Bappeda di kota kab Dogiyai yaitu Moanemani, kami menggunakan mobil penumpang yang biasa disebut dengan taxi, uniknya di Provinsi Papua ini lah kami dapat menemukan mobil-mobil yang terbilang mahal dijadikan sebagai mobil angkutan umum, bahkan mobil-mobil mahal ini bukan hanya mengangkut manusia, kerap kali taxi ini juga memuat Babi. Setibanya kami di Moanemani, terdapat fakta baru lagi yang kami dapat yaitu kantor Bappeda Dogiyai itu dipalang, kami pun tak tahun pihak mana yang memalang dan entah apa alasannya, selain kantor Bappeda yang dipalang, banyak juga kantor-kantor Dinas Pemerintahan yang dipalang, sehingga pada hari itu kami bertemu dengan kepala Bappeda di rumah makan.

Aksi Pemalangan kantor kerap kali ditemukan di Kabupaten ini, salah satu contohnya yaitu salah satu gedung sekolah yang dipalang, menurut salah satu polisi, sekolah tersebut dipalang karena anak dari yang punya tanah tersebut tidak berhasil lulus CPNS. Sampai saat ini penulis masih bingung hubungan tidak lulus CPNS dengan memalang gedung sekolah itu apa…? dan untuk melepaskan palang tersebut, kepala sekolah harus membayar ke orang yang dulunya punya tanah. Entah bagaimana aksi palang ini bisa dimengerti tapi begitulah kondisi disini, setelah beberapa bulan tinggal di kabupaten ini, saya mulai banyak mengerti.

Fakta baru selain pemalangan gedung, pemalangan di jalan-jalan juga sering kali ditemui oleh orang-orang yang lintas Nabire-Paniai, waktu itu saya dan teman-teman patriot dari Bomomani ingin ke Moanemani menggunakan sepeda motor, setelah 15 menit kami jalan, didepan sudah terlihat keramaian, dimana karamaian tersebut ternyata dampak dari aksi pemalangan.

“Suster 50.000 kah…”, Kata si pemalang

“aduh adik 10.000 sudah..” kata teman

pemalang itupun tetap mengambil uang tersebut akan tetapi setelah motor teman saya jalan rupanya tanpa diduga pemalang tersebut menyiram air ke teman saya, entah itu air got atau air biasa, kami hanya bisa pasrah menerima perlakuan tersebut dan menjadikannya bahan bercandaan. Kami pun melanjutkan perjalanan, beberapa menit setelah kami berjalan ternyata kami menemukan pemalangan yang kedua, dimana kami dipalang dengan jumlah yang sama yaitu 10.000, mau tidak mau kami harus membayarnya daripada bisa berakibat fatal, aksi pemalangan ini terjadi kerena beberapa alasan seperti mereka memperbaiki jalanan yang rusak, babi yang ditabrak oleh orang lain, bahkan pemalangan tanpa alasan juga kerap ditemukan dijalan lintas ini. Akhirnya kami tiba di Moanemani dengan selamat dan segera membeli keperluan yang kami butuhkan di kampung, setelah semua urusan kami selesai, kami pun pulang ke Bomomani dengan harapan semoga pemalangan yang dijalan sudah tidak ada, akan tetapi nasib sial kami hari ini diperjalan pulang pun kami masih bertemu dengan pemalang-pemalang yang tadi dan tetap membayar dengan nominal yang sama.

Penulis berharap semoga aksi pemalangan fasilitas umum dan pemalangan di jalan-jalan sudah tidak ditemukan lagi di tempat ini.

Yah sampai disini dulu cerita fakta-fakta unik yang penulis temukan di tempat ini …..