PLTA Mamberamo, untuk siapa? (Part 6)

Penulis: Billy Yansa Latief Imama, 16 September 2022
image
Sungai Sebagai Akses Transportasi Utama

Part 6; Tanah Papua Bukan Tanah Kosong

Menjelang tengah malam seorang laki-laki paruh baya datang berkunjung ke guesthouse tempat kami tinggal selama di Mamberamo Raya. Kebetulan saat itu rombongan tim survei dari ESDM sudah pulang, serta saya dan Lazarus Christian Puka (kawan satu tim penugasan) sedang asik menghisap rokok dan minum secangkir kopi hitam diteras rumah. Segera kami tawarkan kopi, sambil berkenalan kami sadar bahwa bapak ini bukan lelaki biasa. Beliau adalah salah satu ondoafi (Kepala Suku) yang ada di Kasonaweja dengan nama marga “Bilasi” yang mana juga kakak kandung dari bapak kepala distrik (Buche Bilasi) yang sudah kami kenal dan akrab sebelumnya. Raut wajah beliau terlihat tidak ramah pada kami, beliau langsung bertanya “kam semua ini mau bangun PLTA?”. Kami langsung jelaskan bahwa kami adalah relawan Patriot Energi dan syukurlah beliau paham betul niat baik kami datang ke wilayah mereka.

Malam itu kami habiskan untuk mengobrol perihal dampak yang akan timbul dengan adanya PLTA Mamberamo. Beliau berkata bahwa calon lokasi merupakan lokasi yang sangat sakral dalam ajaran nenek moyang mereka dan kekhawatiran mereka akan adanya bencana serta kerusakan sungai sebagai sumber kehidupan mereka. Obrolan ini membawa pesan mendalam bahwa masyarakat lokal menolak adanya PLTA. Alasan yang sederhana dan sangat masuk akal bagi kami, namun mungkin tidak oleh para elit negara di Jakarta atau bahkan maupun Jakarta.

Obrolan ini membuat kami sadar bahwa sudah ada kesadaran yang timbul dari masyarakat lokal. Kesadaran akan dampak lingkungan yang mungkin terjadi dengan adanya PLTA, membuktikan bahwa orang yang tinggal di pedalaman hutan dan berdampingan dengan alam adalah “sejatinya manusia”. Stigma yang melekat sebagai manusia primitif,terbelakang, dan tak beradab, namun justru mereka lah yang melakukan tugas dan kewajibannya sebagai manusia sejati. Tuhan telah memberikan manusia akal dan pikirannya untuk menjaga segala ciptaanNya. Tapi begitulah manusia, mereka yang katanya lebih berpendidikan rupanya terkadang lupa akan tugasnya sebagai manusia. Atas nama pembangunan dan kemajuan, setidaknya begitulah argumentasi dan pembelaan mereka.

DSCF0407

Diskusi Bersama Masyarakat Kampung Anggreso

Tanah di Papua bukan lah tanah kosong yang tidak ada manusia yang tinggal didalamnya. Terdapat peradaban yang luar biasa dengan segala kearifan sosial, adat dan budaya mereka. Komunitas-komunitas lokal yang ada di seluruh pelosok Tanah Papua telah lama hidup dan tumbuh bahkan sebelum konsep bernama negara mereka kenal. Konsep negara mungkin terdengar baru bagi mereka dengan segala wajah-wajah asing seperti investasi, institusi birokrasi, dan berbagai program insfrastruktur. Wajah baru yang seakan memaksa mereka untuk melepas relasi-relasi mereka terhadap lingkungan, leluhur, dan kosmologi.

Epilog;

Sudah menjadi tanggung jawab negara untuk mensejahterakan dan mencerdaskan kehidupan berbangsa seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Upaya mewujudkan impian itu saat ini ditunjukan dengan penggenjotan pembangunan infrastruktur fisik. Sejauh ini pembangunan yang sudah terjadi selalu menempatkan masyarakat lokal sebagai obyek pembangunan, yang dinilai tidak mampu menentukan arah perubahan dan masa depan mereka sendiri. Melalui kegiatan kolaboratif dan partisipatif akan menempatkan masyarakat lokal sebagai subyek pembangunan, sehingga gerakan perubahan akan muncul dari diri sendiri. Harapannya agar masyarakat lokal tidak hanya menjadi penonton pembangunan yang tidak diharapkan di tanah mereka sendiri. Masyarakat lokal bahkan akan tersingkir dan tergantikan oleh pekerja dari luar daerah apabila rencana industrialisasi dibalik pembangunan PLTA Mamberamo menjadi kenyataan, akibat dari kualitas rendah dan akses yang terbatas akan pendidikan.

Sebagai Patriot Energi saya menjadi sadar bahwa energi bisa berwujud apa saja, salah satunya listrik. Sejatinya listrik hanyalah salah satu “alat” menuju kesejahteraan masyarakat lokal. Kebutuhan masyarakat yang tinggal di daerah 3T (Terdepan, Tertinggal, dan Terluar) akan listrik sekalipun memang sangat kecil tentu tidak bisa diabaikan. Pemanfaatan EBT skala kecil seperti PLTMH saya rasa akan sangat cocok digunakan karena dampaknya minim baik lingkungan maupun sosial – budaya.


Referensi.

[1]     A. Sugiyono, “Pengembangan Industri Padat Energi Di DAS Mamberamo Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan Timur Indonesia,” Pros. Teknol. Ekon. dan Oton. Drh., no. April 1999, pp. 89–96, 2016.

[2]     A. Industry, “Pengembangan terpadu plta mamberamo dan industri aluminium,” pp. 73–78, 2014.

[3]     S. I. Pratama, “Papua: Jokowi Bidik Sungai Memberamo jadi Target Prioritas Proyek,” Betahita.id, 2021. [Online]. Available: https://betahita.id/news/detail/6817/papua-jokowi-bidik-sungai-memberamo-jadi-target-prioritas-proyek.html.html. [Accessed: 10-Sep-2022].

[4]     Ridwan, “Perusahaan Metals Asal Australia Bawa Duit Rp 50 Triliun Bangun PLTA di Papua,” industry.co.id, 2020. [Online]. Available: https://www.industry.co.id/read/75537/perusahaan-metals-asal-australia-bawa-duit-rp-50-triliun-bangun-plta-di-papua. [Accessed: 10-Sep-2022].

[5]     B. Sarmi, “Mamberamo Raya dalam Angka 2020,” 2020.

[6]     A. Bhawono, “Papua: Dugaan Tambang Nikel di Balik Proyek PLTA Mamberamo,” Betahita.id, 2021. [Online]. Available: https://betahita.id/news/detail/6828/papua-dugaan-tambang-nikel-di-balik-proyek-plta-mamberamo-.html.html. [Accessed: 11-Sep-2022].

[7]     I Ngurah Suryawan and Muhammad Azka Fahriza, Berhala-Berhala Infrastruktur: Potret dan Paradigma Pembangunan Papua di Masa Otsus. 2020.

[8]     Redaksi, “Otsus Harus Tingkatkan Kesejahteraan Papua,” emedia.dpr.go.id, 2021. [Online]. Available: https://emedia.dpr.go.id/article/otsus-harus-tingkatkan-kesejahteraan-papua/. [Accessed: 12-Sep-2022].

[9]     D. Murdiyarso and S. Kurnianto, Ecohydrology of the Mamberamo basin: an initial assessment of biophysical processes. 2008.

[10]   Y. Watopa, “Potret Suaka Margasatwa Mamberamo Foja Dalam Usulan Perubahan Status Menjadi Taman Nasional,” YALI, 2016. [Online]. Available: http://watopaocep.blogspot.com/2016/08/potret-suaka-margasatwa-mamberamo-foja_57.html. [Accessed: 12-Sep-2022].

[11]   B. Papua, “Suaka Margasatwa Mamberamo Foja, Apa Kabarmu Kini?,” ksdae.menlhk.go.id, 2018. [Online]. Available: http://ksdae.menlhk.go.id/berita/4582/suaka-margasatwa. [Accessed: 13-Sep-2022].

[12]   R. S. Adrianda, “PERENCANAAN PROYEK IUP EKSPLORASI BATUBARA PT,” 2011.

[13]   M. Padmanaba, M. Boissière, H. Sumantri, and R. Achdiawan, “Pandangan tentang perencanaan kolaboratif tata ruang wilayah di Kabupaten Mamberamo Raya, Papua, Indonesia: Studi kasus di Burmeso, Kwerba …,” 2012.

[14]   M. Boissière et al., “Pentingnya sumberdaya alam bagi masyarakat lokal di daerah aliran sungai Mamberamo, Papua, dan implikasinya bagi konservasi,” J. Trop. Ethnobiol. Vol I, vol. 2, no. 2, pp. 76–95, 2004.