Putri Duyung dan Lumba-Lumba Sang Penjaga Pulau

Penulis: Ria Puspita Ayu Oktavia, 14 September 2022
image
Gambaran putri duyung yang berada di balai berkumpul masyarakat

Cerita ini adalah hal yang dipercayai masyarakat setempat hingga saat ini

Di sepanjang gugusan pulau terluar di Kabupaten Kepulaun Yapen, tepatnya di Distrik Pulau Yerui Kampung Miosnum. Terdapat legenda yang sangat dipercayai masyarakat mengenai keberadaan sang penjaga pulau. Masyarakat menyebutnya putri duyung serta lumba-lumba. Keduanya dipercayai keberadaannya terdapat di sekitar pulau yang ada di distrik yakni pulau miosnum, beberapa pulau kecil di seberang miosnum, serta mandena, pulau paling ujung barat kabupaten ini. Mengenai keberadaan putri duyung hingga saat ini saya belum pernah melihat secara langsung tetapi jika lumba-lumba kerap terlihat.

Masyarakat percaya lumba-lumba sebagai penjaga gerbang di distrik ini. Pasalnya saat menuju atau keluar dari kampung lumba-lumba akan mengantar kapal atau perahu nelayan yang akan bertolak. Lumba-lumba akan berada di samping kapal mengiringi sampai keluar dan masuk area distrik. Seolah lumba-lumba tersebut berkata selamat jalan dan selamat datang bagi tiap kapal yang diiringinya. Momen itu pertama kali saya rasakan saat mengantar billy ke kampung di ujung distrik. Terdapat beberapa lumba-lumba yang berada di sisi kiri perahu semang mengantar kami serombongan. Sontak kaget dan senang saat melihat dalam jarak yang dekat, maklum jarang melihat hal begini. Tapi untuk mengabadikan momen ini? Tidak dulu, cukup di ingat saja soalnya handphone  dan kamera ada di dalam dry bag cukup ribet mengambilnya di tambah juga angin sedang kencang sehingga ombak cukup tinggi membuat gugup dan diam mematung sepanjang perjalanan.

Momen lainnya yakni saya saat sedang berbaring di para-para depan rumah sambil menikmati semilir angin, ditengah terik panas matahari siang hari. Saat enaknya berbaring menikmati hal tersebut, tiba-tiba ada seekor lumba-lumba sedang main tak jauh dari rumah. Kaget karena jarang melihat momen seperti ini, saya terpaku melihat lumba-lumba dengan asiknya sedang bermain kesana-kemari. Buru-buru mengabadikan momen langka bagi saya yang nyatanya masyarakat di sini sangat terbiasa akan hal ini. Saat air naik, katanya lumba-lumba akan bermain-main di sekitar kampung.

Mengenai putri duyung sebagai penjaga pulau. Masyarakat kadang juga menyebutnya hantu laut. Kata putri duyung menurut bahasa poom yakni wori. Untuk menyebut putri duyung perempuan yakni wawing wori, sedangkan duyung laki-laki disebut mawang wori. Ciri fisik keduanya seperti gambar yang ditunjukkan di awal cerita ini. Memiliki badan setengah manusia dan setengah ikan di bagian bawah tubuh, warna kulit cerah dan rambut yang lurus. Duyung tersebut mendiami pulau pulau yang tak berpenghuni baik yang ada di dekat kampung maupun yang diujung distrik, Mandena.

Konon katanya pulau mandena yang di gadang-gadang sebagai Raja Ampatnya kabupaten ini dijaga oleh mereka. Para duyung menjaganya sehingga pulau ini sangat bersih. Tidak ada sampah dedaunan di sepanjanag bibir pantai putih yang terbentang. Mereka pula yang menjaga terumbu karang, ikan-ikan yang ada dilautan.

Mereka baik tapi bisa juga jahat tergantung niat dan tingkah laku kita selama berada di daerah sekitar tempat tinggal duyung. Terdapat beberapa pantangan yang di percayai hingga saat ini. Bagi pendatang baru yang sedang datang di pulau tidak boleh toki batu, mandi-mandi di pulau. Jika melakukan hal tersebut akan ada hujan serta angin dan bisa juga gelombang tinggi sehingga tidak bisa keluar dari pulau. Terdapat pengakuan salah satu masyarakat, sewaktu dia pertama kali datang ke pulau dia melakukan hal tersebut dan benar saja langsung malam harinya hujan besar dan angin ribut datang ke kampung. Untuk menghentikan hal tersebut, dia harus mandi hujan sampai hujan dan angin ribut itu berhenti. Dan ya, setelah mandi hujan di malam hari itu, tiba-tiba saja hujan reda. Begitulah legenda lokal yang masih dipercaya hingga saat ini.