Kaki Baja

Penulis: Asdar, 14 September 2022
image
si paling suka jalan

Tahun 2022 dimana aku pertama kalinya jauh dari pulau Sulawesi terlempat ke ujung timur Indonesia yaitu papua. Yang konon katanya banyak pembunuhan anggota TNI, Polri, Guru-guru dan pada umumnya pendatang. Dan saat ini aku berada di pulau ini dengan informasi seram itu, betapa takutnya aku saat itu, dan kami memiliki tugas bersentuhan langsung dengan masyarakat pedalaman yang berada di pulau ini. dengan berjalannya waktu berbagai desa yang ku datangi, Semua informasi miring (negative) tentang pulau ini terbantahkan.

Berbagai informasi yang diporeh dari TNI/POLRI sebelum melakukan perjalanan ke desa-desa yang sulit di jangkau. Ada desa yang harus menggunakan pesawat, ada juga desa yang hanya di tempung menggunakan Longboat (perahu fiber) dan paling parahnya ialah desa yang harus ditempung dengan berjalan kaki.

Dengan berbagai motif kami lakukan untuk sampai ke desa-desa tersebut, walaupun beberapa kali di tipu oleh orang-orang yang memanfaatkan kedatangan kami. Desa pertama yang kami datangi ialah desa Mesna, hal pertama yang kami lakukan adalah mencari pendatang di desa ini, dan kami melakukan observasi. Melanjutkan perjalanan ke desa lain yang berada di sebelah Gunung. Menurut pace Jefri “desanya dekat saja, di sebelah gunung itu, hanya melewati sungai dan mendaki dikit”. Menurut mereka sangatlah cepat jika hanya berjalan 1 jam, tapi tidak dengan kami. Apalagi melewati jembatan gantung beralaskan kayu dan bambu yang sudah lapuk. Namun masyarakat biasa aja dengan hal ini, kata mereka kami sudah dijanjikan untuk perbaikan jembatan tapi sampai saat ini belum ada sentuhan dari pemerintah. Tidak ada akses jalan yang menyambungkan antar desa, dari desa yang satu ke desa yang lainnya dapat ditempung dengan jalan kaki melewati hutan, gunung dan sungai.

Masyarakat selalu mengandalkan kakinya tanpa bantuan kedaraan, padahal masyarakat di luar pulau papua sudah merasakan kendaraan kemana baik kota maupun di pedesaan. Tapi kenapa di pulau ini tidak demikian?

Ada apa dengan pulau Papua ini, yang belum merasakan apa yang orang lain rasakan, apakah kami berkulit hitam dan memiliki rambut yang keriting sehingga diabaikan?

Apakah kami makan pinang sehingga kalian mengira kami kotor? Ataukah

kami bukan bagian dari mereka yang bernegara Indonesia?

Kami tak pernah tau jawaban dari pertanyaan yang menari di kepala ini, mungkin akan terjawab namun menunggu kehidupan berikutnya. Salam dari kami yang ingin merdeka.