Terhambatnya Pembangunan SPEL di Desa Inyora

Penulis: Muhammad Saifur R, 09 September 2022
image
Proses pembangunan satu pondasi

Patriot bersama kontraktor menuju lokasi Desa Inyora dengan menggunakan kendaraan bermotor. Perjalanan sampai batas akhir jalan desa tersebut membutuhkan waktu kurang lebih 6 s.d. 7 jam. Sesampainya dibatas akhir jalan desa, kami masih harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki hingga akhirnya benar-benar sampai di Desa Inyora tersebut. Kami berjalan kaki dengan menempuh waktu selama kurang lebih 5 s.d. 6 jam. Diawali dengan jalan bebatuan sampai jalan berlumpur setinggi lutut, dimana medan jalan tersebut naik turun bukit. Kami berjalan sembari memikul bahan makanan sehingga cukup menguras tenaga. Satu jam sebelum sampai di lokasi, ada warga setempat yang menghadang dan menawarkan diri untuk mengantar melewati jalan tikus. Sebelumnnya kami melewati jalan yang baru dibuka oleh perusahaan. Kami merasa senang karena kondisi jalan tikus tersebut tidak separah jalan sebelumnya karena tidak terlalu licin dan berupa tanah yang becek.

Whats-App-Image-2022-09-09-at-19-36-23


           Setelah melewati perjalanan yang panjang, akhirnya kami sampai di Desa Inyora dan langsung ditujukan ke rumah bendahara desa untuk beristirahat. Kami juga berbincang-bincang dengan masyarakat terkait lokasi pembangunan SPEL, bahan-bahan bangunan seperti pasir dan bebatuan yang bisa diambil. Alhamdulillah mace bendahara dan masyarakat setempat sangat baik, kami dijamu dan dibuatkan air panas untuk menyeduh kopi atau teh. Kami juga diberi buah pisang oleh masyarakat lain. Bahan makanan yang kami bawa dari kota lalu diserahkan ke mace agar bisa diolah.

           Hari kedua di Desa Inyora, kami melakukan pembangunan pembuatan pondasi satu saja. Masyarakat turut serta bergotong royong dan siap membantu dalam pengumpulan pasir dan batu. Nah disinilah terhambatnya pembangunan dimulai. Sebelumnya, kontraktor sudah melakukan kesepakatan dengan warga Desa Inyora. Kesepakatan tersebut berisi bahwa warga meyepakati dalam rentang waktu 3 hari barang tersebut sudah terpikul semua sampai desa. Tapi kenyataannya hanya bahan satu pondasi saja yang sampai. Patriot dan kontraktor sudah menunggu sampai 3 hari hingga bahan makanan yang kami miliki habis. Namun bahan-bahan SPEL tidak juga kunjung datang. Karena kami sudah tidak ada persediaan bahan makanan, akhirnya kami memutuskan untuk turun dengan berjalan kaki tanpa dituntun warga. Perjalanan yang tidak mudah dan pekerjaan pun tidak beres tersebut sedikit membuat kontraktor kesal karena tidak sesuai dengan kesepakatan diawal. Ini bukan kesalahan dari kontraktor akan tetapi masyarakatnya sendiri. Kami membuat kesepakatan baru, menyampaikan ke masyarakat untuk segera memikul bahan-bahan SPEL dan segera menghubungi kontrakor jika bahan sudah sampai di lokasi agar pembangunan segera terselesaikan.