KEBUDAYAAN SUKU DAYAK UUD DANUM

Penulis: Siti Resa Sari Bulan, 08 September 2022
image
8


Masyarakat desa riam sabon penduduk asli suku dayak uud danum pada umumnya    masyarakat sudah sedikit modern jarang ditemui masyakat yang pergi berburu hewan dihutan. Namun kebiasaan meramu di hutan mencari sayur masih banyak dilakukan lantaran tidak ada komoditi lain yang dihasilkan selain padi, kacang panjang, kedelai, cabai dan terong. Masyarakat akan mencari pakis hijau atau merah yang biasanya tumbuh liar dihutan untuk dijadikan menu makan keluarga. Bangunan rumah yang kokoh terbuat dari kayu besi dan tembok dengan tipe rumah pangung tinggi lantaran sering terjadi banjir.  Para perempuan suku dayak banyak yang memakai perhiasan yang terbuat dari emas dan disetiap rumah akan ada topi tangui sebagai penanda strata keluarga dalam masyakarat. Semakin banyak topi tangui yang dibuat semakin tinggi status sosialnya. Masyarakat riam sabon akan ramai pada bulan-bulan tertentu seperti hari paskah, natal dan tahun baru serta perayaan seperti 17 agustus dan perayaan hari kematian juga pernikahan biasanya masyrakat akan berdatangan untuk mudik ke kampung halaman untuk merayakan pesta. Umumnya masyarakat adat sini merayakan hari-hari besar seperti hari Paskah, natal dan tahun baru. Pada bulan itu mereka akan berkumpul dengan merayakan pesta dan bernari-nari serta mabuk sampai pagi hari. Masyarakat yang melanggar adat atau menganggu acara pesta akan terkena ulen atau denda adat yang mana sekurang-kurangnya Rp. 500.000,- . Tradisi membuat patung pahatan dari kayu sebagai tempat peristirahatan roh bagi anggota keluarga yang telah meninggal sudah jarang dilakukan. Sedikit masyarakat yang masih menjaga tadisi ini, Patung yang dipahat dari kayu tersebut biasanya akan di simpan didepan rumah dan dihadapkan mengarah ke rumah tersebut. Hal ini masih diyakini suku dayak sebagai bentuk penghormatan kepada anggota keluarga yang telah meninggal. Proses upacara kematian suku dayak Uud danum kalimantan Barat. Proses upacara akan berlangsung selama tiga hari dan tiga hari pesta total enam hari perayaan upacara kematian. Selama proses pemakaman berlangsung akan ada pembagian tugas kerja. Untuk para laki-laki akan menyiapkan tandu untuk mengangkat peti dan menggali kuburan serta membuat rumah untuk tempat perisitirahatan terakhir jenazah. Keluarga yang ditinggalkan akan mengguakan gelang manasobo yang mereka yakini sebagai penangkal roh dan agar orang yang masih hidup tidak kalah dengan orang yang baru meninggal. Gelang manasobo diyakini juga sebagai pemebri kesejahteraan untuk keluarga yang ditinggalkan. Di dalam ruangan jenazah akan diberikan wewangian seperti wangi melati. Untuk memberitahu bawa akan ada upacara kematiaan malam hari akan dibunyikan gong dan di malam ketiga akan dibunyikan gong sepanjang malam sambil membaca doa-doa untuk leluhur dan orang yang telah mati. Akan ada jejamuan untuk para tamu yang datang berupa kopi, pinang dan masakan yang telah disediakan oleh para ibu-ibu seperti daging babi dan ayam putih. Akan ada labu yang di isi dengan ai doa gunanya setelah proses beribadah selesai para keluarga yang ditinggalkan akan diciprat dengan daun sabang dan air yang ada di dalam labu tersebut. Semua anggota keluarga termasuk, menantu, cucu dan anak. Air yang ada didalam labu tersebut akan disiram dari kamar jenazah hingga keluar rumah sembari menandu jenazah tersebut. Setelah selesai pemakaman para keluarga akan menginjak abu, cipratan daun sokay, batu sebagai tanda penangkal roh jahat. Selama poses pemakaman salah satu keluarga akan menabur kacang merah disetiap sudut makan sebagai bentuk agar makam tersebut dijaga dan orang yang meninggal dapat hidup dengan tenang.