Beragam Klitika Ala Sulawesi

Penulis: Herlin Linia, 04 September 2022
image
Keramaian Masyarakat Desa Pamoseang

Menginjakkan kaki di daerah asing untuk waktu yang lama memang menjadi tantangan bagi aku pribadi. Terutama di daerah yang dikatakan sangat jauh dari kampung halaman bahkan hanya sekedar terbesit di pikiran akan sampai disini pun tidak sama sekali.

Tapi, disinilah aku berada. Pulau yang paling unik dari sekian pulau yang ada di Indonesia. Berbentuk huruf ‘K’ jika dideskripsikan secara awam. Lokasi yang terletak di bagian paling Barat pulau Sulawesi, tepatnya di salah satu desa di pedalaman Kabupaten Mamasa, disanalah aku mencoba mengenal lebih dalam tentang Sulawesi dan Masyarakatnya.

Terkhusus tatanan bahasa yang tidak sama dengan tatanan Bahasa Indonesia pada umumnya. Sebagai warga yang dibesarkan di bagian barat Indonesia tentunya menjadi culture shock bagi orang dari barat yang pertama kali mendengarnya.

Butuh penyesuain dengan logat, tatanan bahasa, dan pelafalan mereka yang tidak biasa. Mungkin jika keadaan berbalik yang mana orang Timur mendengar orang Barat berbicara akan merasakan hal yang sama. Disini aku mau berbagi penemuan paling menarik saat mengamati mereka berbicara. Iya, seperti judul kabar patriot ku kali ini. Banyaknya penemuan klitika pada pengucapan yang mereka lantunkan.

Tentunya, disini masing-masing mereka memiliki bahasa daerah. Namun sangat jarang ditemukan mereka yang tidak mengerti jika aku ajak berbicara memakai Bahasa Indonesia. Yahh awalnya kesulitan mencerna maksud perkataan mereka dalam Bahasa Indonesia namun perlahan tapi pasti telingaku terbiasa dengan pelafalan dan logat mereka.

Klitika yang sangat umum dan menjadi klitika terpopuler di pulau Sulawesi adalah ‘mi’, iya mi tapi bukan mi goreng –haha agak garing ya.

Contoh konkretnya,

“Jangan mi malu-malu, anggap mi saja kita keluarga” (trans: Jangan malu, anggap saja kita seperti keluarga)

Namun, faktanya klitika sangat banyak ku temukan ketika aku disini, ji misalnya. Ada juga pi. Itu semua hanya klitika yang diucapkan beriringan dengan pengucapan kalimat dalam Bahasa Indonesia ala mereka tanpa mengubah makna kalimat sebenarnya.

Mungkin untuk mi, ji, dan pi tergolong umum. Bagaimana dengan pale` ?

“cocok mi pale` ” (trans: ternyata sudah sesuai/tepat). Pale` pada kalimat tertentu dapat berarti ternyata atau bisa juga bermakna lain tergantung konteks kalimat. Namun pale juga terkadang tidak memiliki arti apa-apa, sama halnya dengan klitika lainnya.


Ka`, ma dan na juga sering aku dengan dalam percakapan mereka. Tidak berbeda jauh dengan yang lain. hanya akan menjadi pengindah pada kalimat yang diucapkan mereka.


Di`. Klitika selanjutnya.

“Iya di`? “ artinya “iya kah?/benarkah?”. Klitika di` kebanyakan dipakai untuk penekanan kalimat tanya. Maka iya di` disini bermaksud untuk mengonfirmasi pernyataan lawan bicaranya.


Bagaimana? Sudah bingung?. Eitss jangan dulu!


Berikut ada ki` dan ko. Tidak ada yang khusus untuk 2 klitika ini kurasa. Hanya saja beda kedua nya terletak pada kapan pemakaian yang di anjurkan. Ki` digunakan untuk menunjukkan tutur bahasa yang sopan. Seperti saat berbicara dengan orang baru, atau orang yang lebih tua dari kita. Istilahnya ki` adalah klitika halus yang biasa digunakan. Sedangkan ko adalah kebalikannya. Agak kurang tepat dipakai jika percakapan terjadi kepada dua atau lebih orang yang belum terlalu dekat hubungannya atau saat sedang berbincang dengan orang yang lebih tua. Itu terkesan kurang sopan jika klitika ko dipakai. Oh ya, informasi ini dijelaskan langsung oleh warga desa nya sendiri loh.

Namun, seiring berjalan waktu yang aku temui dilapangan. Penggunaan ki` dan ko sudah tidak terlalu di titik beratkan untuk pemakaian dalam bahasa sopan dan tidak. Karena sangat banyak aku temui warga desa memakai ko pada segala situasi dan kondisi. Sepertinya mereka lebih terbiasa dengan klitika ko terlepas dari fakta bahwa jika memakai itu terkesan berbicara kasar. Bahkan aku pun memakai ko dalam keseharian di desa –ya maaf saja, aku mengikuti alur mereka hehe.

Sebagai catatan nih, pengamatan ini aku lakukan hanya di daerah Sulawesi Barat tepatnya di Kec. Mambi Kab. Mamasa. Menurut informasi yang aku dapatkan bahwasanya di daerah Sulawesi Selatan sendiri masih menerapkan penggunaan ki` dan ko sesuai dengan aturan yang sudah berlaku dari awal. Jadi jika memakai klitika ko kepada orang tua akan dianggap sangat tidak sopan.

Terakhir. Ada klititak le`. Juga tidak ada yang istimewa dengan klitika ini, hanya sebagai tambahan tanpa mengubah makna kalimat sebenarnya. Kita beri contoh;

“Sudah ko makan le`?” (trans: Kamu sudah makan?)


Secara garis besar, penyelipan klitika pada kalimat tidak ada aturan khusus pada peletakannya. Bisa diakhir kalimat atau di terngah-tengah kalimat bahkan dicampur antara satu klitika dengan yang lain pun tidak jadi masalah. Jika pertama kali mendengar klitika-klitika ini terselip di kalimat yang mereka ucapkan saat berbicara tentunya akan membuat bingung dan berakhir tidak mengerti. Belum lagi ada beberapa kata yang tidak sama dengan Bahasa Indonesia biasanya. Seperti;

“ayo’ masuk ki` makan” (maksudnya: ayo masuk ke rumah/dapur untuk makan)

“kasih turun nasi ke piring” (maksudnya: ambil nasi nya lalu taruh dipiring)

Dan kalimat lain yang kalau disebutkan akan memakan waktu lebih banyak. Jadi kita cukupkan sampai disini dulu kabar yang bisa aku ceritakan ke kalian semua.

Oh!

Ada satu lagi yang penting. Di Sulawesi sangat jarang orang menyebut dirinya sendiri dengan kata Kamu dan Aku.

Kata ganti ??yang di pakai untuk kamu adalah Kita.

Kita` dari mana asalta?” (maksudnya: kamu asalnya dari mana)

Kita` pergi kemana ki` sudahnya ini?” (maksudnya: Kamu mau pergi kemana setelah ini).

Sedangkan Aku akan lebih banyak dipakai menggunakan kata ganti Saya. Karena menurut beberapa informasi, kalau penduduk asli memakai kata Aku akan terdengar kurang sopan.


Oke! Kali ini benar-benar yang terakhir.

Sampai bertemu di kabar selanjutnya!

 

Salam hangat,

–Patriot Mamasa

Lina