Juli yang hangat

Penulis: Mesa Saputra, 03 August 2022
image
Gunung Batu Sangia

Juli begitu tenang irama angin begitu teduh mengiringi Langkah kakiku menuju sekolah seperti biasa mataku menatap lurus kedepan seolah ini baru pertama kali aku lakukan, tapi percayalah aku sudah mulai terbiasa dengan suasana ini, bagaikan buku yang membawa aroma dunia kita dan menceritakan segala cerita rahasia tentang kita yang mengabdi untuk negeri ini, cinta, petualangan dan awal yang baru untuk melanjutkan jalan cerita idi pertenghan jalan ini aku masih bisa melihat banyak warna - warna senyuman yang begitu sederhana . Juli seperti semangat air dan angin yang membawa nelayan sagori mengarungi lautan biru mencari rezeki untuk anak istri. Juli hampir dari pengalaman satu bulan begitu damai dan mendewasakan apa yang kita harap, kita tanam di pulau terpencil ini mulai memetik hasil bahwa ini adalah awal perjumpaan untuk lebih berani lagi melihat dunia dengan mata warna Pelangi.

Saya merasa lebih seperti saya adalah bagian – bagian versi terbaik untuk melanjutkan hidup yang banyak dari kita mengira bahwa dunia begitu abu – abu digerakan oleh arus kehidupan yang sama seperti kelap kelip lampu dimalam hari mengantarkan nelayan Pulau Sagori untuk pulang menuju kediaman mereka yang aman lagi menentramkan. Juli membeskan nelayan dari musim angin selatan yang mengurangi hasil tangkapan ikan, terkadang hujan turun di Pulau yang menurut hampir terkadang membuat kulitku coklat kehitaman kening menjadi lebih mengkilat, menutup langit biru menjadi kelabu, setelah cahaya lembut datang membungkus Pulau Sagori dengan penuh kesopanan diatas desa

Ku, seolah – olah ia membebaskan diri dari bumi dan mengarah ke matahari.

              Juli adalah janji yang pasti akan di tepati agustus, Tan Malaka pernah berkata terbentur, terbentur, terbentur lalu terbentuk, saya tahu sekarang saya tahu sedikit lebih banyak bahwal hal sederhana seperti ini akan mengubah kita menjadi pribadi yang lebih baik dan berarti untuk kita. Sabar ini membutuhkan waktu tapi ini juga hal yang cukup mengasikan untuk melihat seperti apa kesabaran kita dalam hal berproses menjadi lebih baik.

Rutinitas malam saya mulai jauh sebelum malam di mulai, mengobrol dengan orang tua di Pulau menambahkan akraban diri dengan penduduk sekitar, biasanya mereka paling suka membahas tentang penangkapan ikan yang telah mereka lakukan Ketika di laut tadi, tentang ombak yang kencang, perahu yang bocor, bahkan ikan yang awalnya terkait di mata kail mereka Ketika diakan hanya menyisahkan potongan kepala saja, pak tua berkata kepada saya bahwa ikan hiu kerap memakan ikan tangkapan mereka dengan ukuran ikan yang cukup sebanding dengan ukuran tubuh mereka, hal ini yang terkadang membuat diri bertanya tentang keselamatan mereka Ketika berada di lautan yang mengganas.

Laut membawa misteri tentang isi kedalaman, tentang ketenangan,dan tentang kebaikan untuk umat manusia. Terkadang setelah itu waktu saya habiskan dengan berjalan di tepian pantai memandang jernih laut kaca gunung yang Sebagian mulai gundul dan berwarna keorenan karena gejolak tambang yang tidak ada habis habis habisnya. Balik kilas cerita saya pertama di desa ini dua bulan sebagai kilas observasi saya tentang desa ini, saya mengerti bahwa setiap memiliki ciri khas tersendiri yang tidak di miliki desa lainnya, hal yang perlu dilakukan, kita perlu menghabiskan lebih banyak waktu lebih dekat dan lebih mendalam melihat apa yang kurang dan lebih di desa ini untuk mendapat data observasi yang baik.

Saat melihat anak anak sagori bermain setelah Lelah belajar adalah hal yang paling saya suka, senyum tawa ria dengan kening yang mengkilat di terpa matahari, biasanya saya duduk Bersama dengan para guru berbicara tentang hari yang tak ada habis, jujur saya lebih merasa hidup Ketika tenga pikiran kita dapat di manfaatkan sebaik mungkin, Pulau Sagori adalah tempat untuk mengasah hati menjadi lebih peka dengan lingkungan, menjadi lebih peduli dengan sesama, memiliki hati yang lagi baik dan membaikan. Ibu guru menyiapakan makna malam belum menampakan purnama malam ini seperti biasa kami makan malam Bersama menghabiskan waktu dengan berbincangan hangat tentang keluarga, tentang lingkungan, yang gak bisa lekat tentang kemalasan anak anak Pulau Sagori Ketika disuruh sekolah.

Orang – orang selalu bertanya kepada saya bagaimana saya dapat menghabiskan waktu di Pulau Bersama suku yang cukup sulit utuk di atur suku yang sedikit tertinggal dengan masyarakat di Pulau besar

Ku jawab dengan kalimat sederhana kenapa saya di terima di lingkungan ini tidak lain karena saya melakukan dengan penuh kesederhanan dengan penuh kesiapan hati untuk hadir di lingkungan ini Seperti biasa malam kami menghabiskan waktu dengan berbincang Bersama ini juga tidak selalu tentang bersenang senang tanpa melakukan apa apa, tetapi di desa yang sunyi ini kita lebih menumakan eksistensi hidup yang lebih sederhana di bandingkan di perkotaan, hari hari di lewati tanpa takut besok harus makan apa, tanpa memikirkan cicilan kredit mana yang belum di bayar, uang air, listrik dn lain sebagainya disini hidup lebih aman sejahtera dengan segala sesuatu alam sudah dengan bijak menyediahkan kita sebagai manusia hanya perlu lebih peka dalam menghadapinya.




Hari itu aku bercerita ke bumi

Mengadu perihal diri yang punya masalah

Berharap apakah solusi yang ku ambil ada jalan nya

Setidaknya keyakinanku bertambah setiap kali 

Tubuh ku sujud lembut menghadap mu



Aku berbisik ke bumi

Setenang mungkin, amat lembut 

Dari hati yang bergejolak

menghadap dunia bak badai yang tak punya peringatan

Tak main main luluh lantak ambruk kebumi



 Tuhan dengan segala kelembutanmu

 Kukatakan sakit atau nikmat yang aku rasakan

Layu atau mekar diriku saat ini

Bukanlah menjadi tolak ukur dari kebahagian

Tapi bagaimana setiap esensi proses yang aku hargai

Aku, kataku tidak akan mati disini, membusuk tanpa meninggalkan gurat eksperesi kemenangan

Seperti pematah lama mengatakan harimau mati meninggalkan belang sedang aku mati sebisa mungkin ketika namaku disebut ada senyum di pipi mereka, begitu juga kau kekasihku, walaupun esensi kita tak bersama untuk saat ini

Tapi yang aku tau namaku abadi di relung hatimu




Ku angkat mukaku, kutatap lagi tangan yang mengada, dada yang tegap

Pikiran yang terstruktur baik

Perasaan yang membangun

Hati yang yang teguh

Kukatakan dengan nada berapi api

Kupegang dadaku kubisikan

Bahwa aku siap

Aku hidup

Aku menikmati setiap proses,

Menghadapi kemungkinan skanario terburuk dari hidup ini Bahwa aku siap