Memulai Perjalanan Live In di Desa Mentajoi

Penulis: Asratul Hasanah, 03 July 2022
image
Pemukiman Desa Mentajoi

Rabu pagi di tanggal 9 Februari 2022, setelah pamit dengan Ibu Camat, aku bersama Kak Antika diantar Ani dan Bang Afror menuju lanting, tempat di mana speed boat parkir berjejeran. Satu jam sebelumnya ditelepon Pak Wing (motoris langganan kami), mengabari jadwal speed boat yang akan membawa kami milir (menuju hilir) ke Desa Tontang. Tiba disana, kami dijemput oleh para bapak ojek yang dikirim Pak Kades dari desa. Tiga motor; dua motor membawa penumpang, satunya lagi untuk membawa barang. Menempuh jalan tanah yang ngeri-ngeri sedap selama 2 jam hingga diantar ke depan rumah Minak (a.k.a bibi), ibu angkat yang akan menampungku di rumahnya selama live in di desa ini. Rumah dua lantai yang luas dengan dinding dan lantai yang didominasi kayu ulin (tebelian) dan dekorasi belasan tengkorak kepala kijang dan rusa menempel di beberapa sisi dinding rumah ini.

Minak menyambut kami dengan sangat baik. Aku langsung dikenalkan dengan Pina (11), salah satu dari tiga anak -yang akan menjadi guruku selama disini- yang dititipkan orangtua mereka kepada Minak. Dua lainnya adalah bocah-bocah tangguh bernama galang (15) yang masih kelas 6 di bangku sekolah dasar dan Air (11)-aku suka sekali nama ini- kelas 3 yang masih belum lancar membaca.

Ingin sekali aku selama disini bisa menjadi teman yang baik (setidaknya) untuk anak-anak ini. Bisa membantu Air untuk pandai membaca dan ingin menumbuhkan minat baca mereka. Bahkan tak hentinya aku mengimpikan ingin menjadi seperti Pak Balia, guru hebat dalam buku yang ditulis Andrea Hirata itu.

Esoknya, aku terbangun di saat pagi sudah cukup terang bagiku untuk menunaikan shalat subuh. Turun ke bawah, menuju kamar mandi untuk berwudhu dan mendapati Galang dan Air yang sudah beberes rumah sedari pagi masih belum menyemburatkan sinar apapun. Anak-anak ini betul-betul adalah guruku selama disini.

Semoga kehadiranku dapat membawa kebaikan disini; dapat menjaga fokus untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya; memanfaatkan waktuku sebaik mungkin untuk memperbaiki diriku dengan belajar dari tempat ini dan berguru pada tiap makhluk yang ada disini.