Pak Guru

Penulis: La Ode Muhammad Inulsah, 02 July 2022
image
Anak-anak Suku Auyu di Kampung Menya

Sebelumnya, Patriot memohon maaf, seharusnya cerita ini dipublish Bulan Desember yang lalu, tetapi karena satu dan lain hal, baru bisa dipublikasikan hari ini. Sekali lagi, mohon dimaafkan...


Rabu, 08 Desember 2021, ditengah hujan deras yang tak kunjung henti, akhirnya longboat yang kami tumpangi berlabuh di Dermaga samping Kampung Menya, yang letaknya persis dibelakang SD Inpres Menya. Hari itu saya beserta 3 Patriot memutuskan untuk kembali melakukan survei kedua kalinya yang bertujuan untuk penentuan lokasi live in kami masing-masing, dengan Kampung Menya sebagai kampung yang pertama kali kami kunjungi. Alhamdulillah, saat itu kami langsung ditemani oleh Pak Yusran, seorang Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) yang sudah 3 tahun bertugas mengajar di SD Inpres Menya. Melalui beliaulah, kami mendapatkan kemudahan untuk menyelesaikan tugas survei kami, Terimakasih yang sedalam-dalamnya saya ucapkan untuk kebaikan Beliau.


Sore itu, setelah bersih-bersih kami langsung bergegas menyelesaikan tugas survei dengan berkeliling kampung sekaligus meninjau lokasi sebagai tempat didirikannya SPEL, karena rencananya di Kampung Menya akan diadakan bantuan pengadaan APDAL untuk masyarakat pada tahun anggaran 2022. Akhirnya, setelah menunggu sekian lama, In Syaa Allah dalam waktu yang tidak lama lagi, masyarakat akan menikmati suasana kampung di malam hari dengan terang benderang. Semoga dengan adanya listrik di Kampung Menya nantinya dapat meningkatkan produktivitas warga dan dapat menghibur mereka semua.


Singkat cerita, Setelah data-data survei yang saya dapatkan dirasa cukup, tempat selanjutnya yang dituju adalah sekolah. Kampung Menya hanya memiliki satu-satunya sekolah yakni hanya pada tingkat dasar. Saat kesana, kebetulan sekali murid-muridnya sedang bermain di halaman sekolah, sayapun langsung disambut baik oleh mereka semua. Saat baru saja sampai, saya langsung mendapatkan pertanyaan dari salah satu murid : “Pak Guru nanti mengajar disini kah ?. Nanti ajar saja di sa pu kelas ee, di kelas 4”. Saya yang sedari awal juga ingin membantu keaktifan kegiatan belajar mengajar di sekolah langsung menganggukkan kepala sembari tersenyum kepada murid tersebut. Terlihat raut ekspresi bahagia di wajah-wajah mereka saat mengetahui jawaban saya.


Memang, setiap orang baru yang datang ke kampung mereka pasti selalu dipanggil Pak/Ibu Guru oleh para murid. Hal ini mungkin saja sebagai bentuk kerinduan mereka akan “aktifnya” guru dalam mengajar di sekolah. SD Inpres Menya saat ini memiliki kurang lebih 9 guru, tetapi yang aktif di sekolah hanya 2 orang guru GPDT yang datang dari Nusa Tenggara Timur. Oleh karena itu, dengan kesempatan tinggal di kampung selama 10 bulan, saya pribadi mau memanfaatkan waktu, salah satunya dengan menjadi guru bantu di sekolah tersebut.


Setelah berkenalan dan mengikuti kegiatan mereka bermain, para murid mengantarkan saya berkeliling melihat suasana luar maupun didalam kelas. Tampak bangunan yang sudah cukup tua karena dinding, plafon dan lantai-lantai kelas sudah mulai rusak. Tetapi beruntung, saat Anggaran Dana Desa Bulan Desember cair, salah satu yang mendapatkan bantuan adalah sekolah. Ruang guru dan sebagian ruang kelas dilakukan pengecatan ulang serta lantai yang pecah kembali diperbaiki. Hal ini tentu saja membuat kegiatan belajar mengajar didalam kelas menjadi lebih nyaman dengan tampilan kelas yang lebih baik.


Waktu terus berjalan hingga matahari mulai terbenam, akhirnya saya pamit kepada semua murid untuk kembali ke penginapan kami di rumah Pak Yusran menyusul ketiga rekan saya.


Kepada anak-anak, sampai jumpa dengan “Pak Guru” di Bulan Januari. Semoga kita semua sehat dan bisa berkumpul kembali.