Bagaimana hidup berubah ketika pindah ke pedesaan

Penulis: Mesa Saputra, 02 July 2022
image
Biru

Saya tidak pernah terkejut dengan berapa lama waktu yang saya habis tingga di pesisir desa, untuk suatu perkerjaan yang ku anggap cukup mulia, menjadi pedamping desa hidup merakyat jauh dari hiruk pikuk manusia seperti di kota - kota besar, meskipun awalnya ada perasaan takut di tolak atau diri sendiri merasa terasing di lingkungan baru. Namun Langkah yang saya ambil sangat saya sukai dan saya masih menjalani gaya hidup yang hampir sama di kehidupan saya, terus bertumbuh dan produktif tapi kali ini proses ini saya lakukan Bersama penduduk desa. Pindah ke pedesaan pesisir dengan cuaca yang sangat berbeda dengan tempat tinggal saya butuh penyesuian besar. Jarak yang jauh dari kota besar dengan akses yang hanya bisa di lalui jalur laut menggunkan perahu kecil berkapasitas 5 – 7 orang meskipun pedesaan Pulau Sagori sering di jumpai gelombang besar dan cuaca yang kadang berubah – ubah tidak membuat gentar para penduduk untuk pergi kepulau besar sekedar untuk berbelanja kebutuhan rumah yang sering di lakukan kaum Wanita sedangkan kaum laki – laki sibuk dengan urasan hasil laut mereka yang siap di jual ke pengepul atau membeli peralatan dan bahan untuk memancing.


Meskipun pedesaaan pada umum yang berada di pesisir pantai faktanya bahwa Pulau Sagori belum tersentuh aliran listrik PLN tidak membuat perekonomian di desa mati total, masyarakat mengandalkan lampu tenaga surya seperti LTSHE yang mereka dapat dari bantuan pemerintah tapi jangan terlalu berharap lampunya akan seterang dan sebanyak yang ada dirumah kalian. Lampu LTSHE yang di berikan pemerintah sebanyak 4 buah bohlam dan yang menerima bantuan lampu pun tidaklah semua warga yang dapat, dari data yang kita kumpulkan bantuan LTSHE sejumlah 60 lebih kepala keluarga yang menerima, untuk mengsiasati kekurangan lampu LTSHE masyarakat berinisiatif untuk membagi rata warga yang belum menerima bantuan.

Di pedesaan Pulau Sagori transfortasi hanya berupa perahu kecil dan sedang jangan harap anda akan menemukan yang namanya sepeda motor apalagi mobil karena sampai sekrang belum ada yang memilikinya masyarakat hanya mengandalkan perahu untuk transfortasi mereka. Sehinggah jalan kaki adalah alternatif saya Ketika saya harus mengajar di sekolah. Sekarang saya lebih menghargai kehidupan sederhana saya lebih dari sebelumnya.

Kami membeli Sebagian bahan makanan kami dari pertanian gunung dan pasar petani yang biasa di angkut dari kota terdekat seperti Kendari atau makassar, buah – buah segar sayur organic tanpa pestisida dan bahan - bahan lanya adalah makanan keseharian kami, tetapi sangat di sayangkan bahwa penduduk pedesaan Pulau Sagori tidak terlalu suka makan sayur, mereka lebih menyukai ikan sebagai lauknya. Untuk bahan bakar sendiri pedesaan Pulau Sagori telah mengalami kemajuan dalam hal penggunaan bahan bakar, masyarakat menggunakan bahan bakar LPG untuk memasak akan tetapi kebiasaan orang tua terdahulu tetap di lestarikan penggunaan bahan bakar kayu untuk membakar ikan hasil tangkapan nelayan local.

Hidup sederhana di desa juga bukan berarti kita jauh dari keramaian dan sosialisasi akan tetapi sangat di perlukan membangun jaringan yang dapat di andalkan dalam hal permberdayaan desa, dalam hal melakukan sesuatu yang tidak dapat kita lakukan seperti memancing, menjaring ataupun dalam hal mengemudi perahu kecil hal ini sangat penting untuk melakukan pendekatan dengan penduduk desa.

Ketika malam hari di pedesaan saya harus memperhatikan diri dari gigitan nyamuk yang sangat banyak, hal ini kerap menggangu saya menjelang tidur, perlunya menyediahkan lotion anti nyamuk untuk terhindar dari gigitan nyamuk memakai baju dengan warna yang tidak gelap.

Saya masih belajar seni belajar hidup tentang standar kehidupan di desa dengan standar hidup dikota.

Belajar tentang standar bahagia yang kebanyak orang belum tentu bisa berada di fase ketika tinggal di desa dan ini benar benar merasakan bahwa hidup memiliki standar yang berbeda di setiap aspek kehidupan dalam lingkungan hal ini begitu asik untuk belajar lagi dan lagi. Mengikuti arus kehidupan di pedesaan benar benar menyadarkan diri bahwa ada hal yang sangat banyak untuk di pelajari, alam benar benar menjadi guru yang tak pernah kita dapati di bangku perkuliahan. Bergerak membuat mata saya lebih segar bercerita tentang harapan dan keinginan kedepan di jalan kehidupan ini.

Di pendesaan waktu terasa lebih di hargai dan tak banyak di buang Cuma – Cuma terhadap perputaran dunia yang semakin gila dan susah di atur, disini kita di beri waktu dan evaluasi diri tentang siapa saya sebagai manusia. Hidup juga cukup berwarna dengan berbagai kegiatan di desa yang sudah kita lakukan bercerita, belajar bersama penduduk dan anak – anak yang memiliki sejuta impian tapi terhambat oleh berbagai keadaan.

Di pendesaaan saya memiliki kesempatan untuk membalik halaman kehidupan dan mulai menulis cerita dari awal tentang kehidupan pendesaan, bercerita tentang wanita tua yang masih mampu menyealam di kedalaman laut dengan waktu yang menurut hampir mustahil jika itu saya yang melakukan 3 menit untuk takaran napas sekali tarikan napas terdalam. Hamparan laut tepat di belakang pintu rumah yang telah aku anggap rumah kesikian di desa ini, birunya laut sepoinya angin merupakaan Bahasa pagi yang tak jenuh menyapa dan terus menyapa ku di sepanjang hari. Tinggal di Pulau sagori saya di kelling alam berupa hamparan pasir putih dengan selimut kaca kilauan air laut dan akses muda untuk menyalam di pinggiran pesisir pantai, tidak perlu takut akan ombak dan arus disini karena pada radius seratus meter dari bibir pantai kedalaman laut tak lebih dari ketinggian rata rata manusia Indonesia.

Saat kita melihat detail dari perubahan Pulau, cara cahaya senja menyoroti kepergianya terhadap tenangnya laut akan membuat diri kita paham bahwa kehidupan ini penuh kelembutan dan keistimewaan bagi mereka yang sedikit lebih berani melihat sisi terbaik dalam perubahan ini. Atau cara daun kelor yang berubah dari hijau menajdi kuning tanda sudah tua, setiap dari perubahan memiliki proses dan perubahan untuk menggapai di fase itu.

Dan terkadang ketika matahari terbit dan terbenam mereka begitu besar dan indah menyinari sepanjang hari dan terkadang ketika malam cerah datang aku begitu mudah melihat jutaan bintang yang begitu dekat dan begitu banyak, kalua beruntung juga bisa melihat bintang yang begitu lambat ketika jatuh cepat ketika hilang. Hidup ini penuh perjuangan dan seperti saya yang selalu dorong oleh kemauan dan tanggung jawab sebagai pedamping desa, terima tantangan untuk terus belajar, berkembang, dan selalu berproses menjadi manusia untuk bergerak dalam ruang yang begitu luas dan gaya hidup yang lebih memantaskan diri menjadi manusia seuntuhnya. Aku berterimah kasih atas kesempatan yang sangat berharga untuk tinggal dan belajar di desa sabagai seorang patriot energi.