Lebih Baik Gendut Daripada Malaria

Penulis: Ihsan Aldi Putra, 11 June 2022
image
Menyebrang dari Kasonaweja ke Burmeso

Salah satu tantangan yang harus dihadapi ketika bertugas/bekerja di daerah timur Indonesia terutama Papua adalah penyakit malaria. Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Kata malaria tersusun dari dua kata yaitu mal = busuk dan aria = udara. Nama diambil dari kondisi yang terjadi pada saat itu, yaitu suatu penyakit yang banyak diderita masyarakat yang tinggal disekitar rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk (Babba: hlm. 34, 2007).

 Pada saat kami berenam (tim Patriot Energi Kab. Mamberamo Raya/Kab Kepulauan Yapen) tahu bahwa kami ditugaskan ke Provinsi Papua kami cukup banyak mencari informasi seputar penyakit endemik ini. Dari mulai penyebab, pencegahan, dan cara mengobatinya. Selain mencari tahu melalui internet kami juga mencari tahu secara langsung dengan orang yang sudah berpengalaman. Pendapatnya rata-rata sama, gejala malaria biasanya dimulai dengan suhu tubuh yang meningkat, menggigil, kepala pusing dan mual. Adapun saran yang kami dapat pada saat itu adalah “yang penting kalau pergi ke Papua usahakan jangan telat makan, kalau sudah dirasa terlalu lelah silahkan beristirahat dan jangan terlalu banyak pikiran”.

Aku sendiri lumayan khawatir ketika tahu bahwa malaria adalah salah satu penyakit yang mematikan. Selain itu dilansir dari kompas.com, papua adalah provinsi yang menempati peringkat pertama kasus malaria pada 2019 dengan jumlah 216.380 kasus dari 250.644 kasus yang terjadi di Indonesia. Tapi saran-saran dari orang yang sudah berpengalam tadi sedikit membuatku lebih lega, karena ternyata cukup mudah untuk mencegah malaria. Aku tahu ini harus dihadapi kemudian berangkatlah tim kami ke Kab. Mamberamo Raya dengan segala persiapan terutama untuk mencegah dan mengobati jika sewaktu-waktu ada yang terkena penyakit ini. 

Sampailah kami di lokasi penugasan, dan menjalani kegiatan yang harus kami lakukan dengan tetap memegang teguh saran-saran tadi, terutama soal makan, sebisa mungkin kami tidak akan pernah telat makan. Saking teguhnya kami memegang saran-saran itu sampai-sampai berat badan kami bertambah cukup drastis, dan tercetuslah slogan “lebih baik gendut daripada malaria". 

Bagi orang asli daerah di sini malaria sudah terkesan biasa saja, kata mereka jika malaria sudah menyerang hanya cukup makan yang banyak dan tidur yang cukup sehingga ketika bangun akan sehat seperti sedia kala. “Mas bagi pendatang macam kalian ini kalau belum merasakan malaria berarti itu tandanya sama saja belum ke Papua”, kelakar orang-orang lokal pada obrolan sore itu. Masyarakat pendatang yang kutemui juga rata-rata punya kelakar yang sama, katanya kalau belum terkena malaria berarti ko belum bisa mendapat ucapan “selamat datang di Papua” atau kelakar yang terdengar klasik “malarindu lebih menyiksa daripada malaria. Wleeeeee. Waktu terus berjalan, kunikmati alam papua yang indah beriringan dengan kenyataan yang membayanginya. Dua bulan sudah kami di Mamberamo Raya dan puji Tuhan kami baik-baik saja. Sampai pada akhirnya kami sampai di Kabupaten Kepulauan Yapen dan semuanya berubah......



Rujukan : 

Babba, I. (2007). ( Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi Kota Jayapura ) PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/08/15/100000723/tren-kasus-malaria-di-papua-meningkat-apa-penyebabnya-?page=all