Hidup bersama Suku Paling Keras di Arfak

Penulis: Eva Zakiyah Nurhasanah, 02 June 2022
image
(Dokumentasi Pribadi, 2022)

Hai, Patriot di seluruh penjuru Indonesia!

Halo Anak Negeri di manapun berada!


Tahukah kita, ada berapa banyak sih suku di negara ini?

Hayo, ada berapa ya?


Indonesia terkenal dengan keragaman sukunya yang sangat banyak, negara kita juga memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika. Semboyan inilah p emersatu bangsa, saling menghargai dan menjaga persatuan Indonesia.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Sensus Penduduk (SP) Tahun 2010 menyebutkan jumlah suku bangsa di Indonesia mencapai 1.300 suku bangsa. Mungkin lima tahun terakhir ini, jumlahnya sudah bertambah lagi.

Memang ya, Indonesia ini sungguh heterogen!


IMG20220523100614


Adapun jumlah suku di Papua diperkirakan mencapai 255, yang masing-masing mempunyai bahasa dan kebudayaan sendiri (Hidayah, 2015).

Pegunungan Arfak merupakan kabupaten tempatku ditugaskan sebagai patriot energi sejak November 2021 hingga November 2022 mendatang. Ada beberapa suku di pegunungan arfak ini, sekitar ada tujuh suku yang tiga di antaranya adalah sough, meyya dan hatam.

Beberapa hari lalu, menurut seseorang yang sudah mencapai lebih dari 5 tahun menjadi sopir di Kabupaten Pegunungan Arfak serta telah mengelilingi distrik-distrik di kabupate ini, sebut saja Pak NR, beliau menyatakan bahwa di antara suku-suku yang ada di Arfak yang paling keras adalah suku Hatam. Hal itu dia katakan karena berdasarkan pengalamannya di antara suku-suku lainnya, suku hatam merupakan yang paling sulit diberitahu atau sukar untuk menerima saran dari orang lain (aka. Keras kepala). Suku selain hatam, jika diberi saran sesuatu maka mereka akan segera melakukan saran yang disampaikan oleh pemberi saran tersebut.

Tentu saja, perkataan pak NR tersebut tidak dengan mudah menjadi pandangan yang kurang baik saya bagi suku hatam. Justru hal ini menjadi sangat menarik bagi saya, untuk digali lebih dalam serta dicari informasinya lebih jauh lagi untuk dibuktikan fakta-faktanya.

Selain dengan pak NR, saya juga pernah berbincang dengan seorang sopir berinisial HJ, yang pengalamannya menjadi sopir di pegunungan Arfak sudah lebih dari 10 tahun. Beliau mengatakan bahwa masyarakat Arfak ini merupakan orang-orang baik yang jujur dan sangat menjaga alamnya.

Mengapa begitu? Karena bertahun-tahun yang lalu ketika mobil angkutan ke distrik atau desa-desa di Pegaf masih sangat terbatas, mereka sering melihat di pinggir-pinggir jalan ada barang-barang atau uang temuan yang di gantung pada ranting atau dahan pohon. Hal itu masyarakat lakukan agar orang yang kehilangan bisa menemukan barangnya yang sempat hilang.

Mendengar cerita itu membuatku terkagum-kagum betapa jujur dan baiknya suku arfak ini. Sehingga apa yang disampaikan oleh Pak NR menurutku belum tentu benar karena bisa jadi itu hanya asumsinya saja. Wallahu ‘alam bishawwab.

Masih penasaran tentang cerita suku hatam di Papua?

Nantikan kisah kami selanjutnya ya! See you later.

 

Lagi-lagi, ku ingin berterimakasih atas kesempatan belajar yang amat berharga ini.

Semoga setiap harinya, kami tak kunjung usai merakit makna dan hikmah.

Hidup Indonesia! Merdeka!

Salaam Hangat dari kami di Kampung Coisi :)

Referensi:

Hidayah, Zulyani. (2015). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia.