Ketika Nurani Berani Berkata Tidak

Penulis: Almunadi, 30 May 2022
image
Jalan Menuju Dermaga 2 Desa Peo Indah Pada Saat Malam Hari

Bersyukur sekali dengan takdir Tuhan kita terlahir sebagi bangsa Indonesia yang setiap dari bagian sudut alamnya memiliki keindahan ditambah dengan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam sehingga sangat pantas Indonesia disebut sebagai syurga dunia.

Mengutip pendapat dari seorang ahli (Linton) budaya adalah “keseluruhan sikap dan pola perilaku serta pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota masyarakat tertentu”. Pertanyaannya, apakah setiap budaya itu bagus? apakah setiap budaya harus selalu dipertahankan dan diwariskan kegenerasi berikutnya?

Tidak semua budaya itu harus dipertahankan dan bahkan harus dimusnahkan karena sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan jaman. Bagaimana Jika budaya dalam masyarakat desa itu memiliki kebiasaan mabuk, judi, serta menjadikan perempuan itu adalah sosok yang lemah dan tidak memiliki hak untuk membela diri, apakah kebudayaan atau kebiasaan semacam ini terus dipertahankan?

Dalam tulisan ini saya sedang tidak ingin membahas faktor-faktor yang menyebabkan desa sulit berkembang, namun hanya ingin berbagi secuil kisah di desa tentang kejadian yang membuat sanubari saya bergetar. Hal yang sangat manusiawi sebagai seorang laki-laki yang dilahirkan dari rahim seorang perempuan merasakan gejolak emosi ketika menyaksikan sendiri dengan mata kepala sendiri seorang perempuan mendapatkan kekerasan fisik dari seorang laki-laki. 

Pada suatu malam saya bertamu ke rumah seorang warga, dirumahnya ada tiga orang laki-laki, satu orang laki laki pemilik rumah, dan dua orang lagi tetangganya. Mereka semua sedang menikmati minuman berakohol. Sebagai seorang tamu saya pastinya ditawarkan untuk minum alkohol, namun tentu saja saya menolak, jangankan minum alkohol melihat botol minuman keras saja sesuatu yang asing bagiku. Mereka berbagai cara menawarkan agar aku mau minum alkohol, namun dengan berbagai alasan juga aku menolak.

Awalnya keadaan masih normal, mereka masih nyambung diajak berbicara, namun lama kelamaan pengaruh alkohol sudah semakit kuat dan mereka sudah mulai hilang kendali. Karena keadaan mereka sudah tak dapat diajak berbincang lagi, akhirnya saya minta izin pulang, namun aku dicegah, tanganku ditarik, salah seorang dari mereka berkata “Kamu tidak boleh pulang sebelum minum, kalau kamu tidak mau minum nanti ku bacok”. Tentu saja aku agak sedikit panik, namun aku mencari cara agar bisa keluar dari rumahnya, aku jawab “oh iya, saya mau minum, mana gelasnya, tolong isikan” pada saat diisikan minuman ke dalam gelas aku pelan-pelan berdiri dan berjalan kearah pintu, terus aku bilang “Saya pamit dulu, lagi nggak enak badan mau istirahat dulu karena besok aku puasa”. Dengan gerakan cepat aku langsung turun dari rumahnya yang berbentuk rumah panggung itu.

Dalam keadaan sunyi dan gelap gulita yang hanya mengandalkan cahaya rembulan aku terus berjalan dengan langkah kaki yang cepat, namun tiba-tiba aku melihat ada dua orang yang sepertinya sedang ada keributan, langkah kaki mulai ku perlambat untuk memastikan apa sebenarnya yang sedang terjadi. Seorang perempuan sedang menarik-narik baju seorang laki-laki, kemudian laki-laki itu menjatuhkan pukulan tepat di muka wanita itu dan mendorongnya hingga terjatuh, tak cukup ditampar dan didorong selanjutnya wanita lemah itu di tendang dengan kaki laki-laki itu yang tak lain adalah suaminya sendiri. Mereka adalah pasangan suami istri.

Saya yang pada saat itu tidak ada pilihan lain selain memberanikan diri maju ditengah mereka. Istrinya berlindung dibelakang ku sambal menangis karena ketakutan akan suaminya yang bisa saja semakin brutal “Tolong saya mas” kata ibu itu. “Tolong Tenang, mari kita bicarakan baik-baik” kata ku kepada mereka.

Akhirnya kita bertiga duduk diserambi rumahnya membahas tentang apa yang sebenarnya terjadi. Dan ternyata permasalahannya adalah suaminya itu mau menuju rumah tetangganya mau berkumpul untuk minum minuman berakohol. Namun istrinya melarang yang pada akhirnya berakhir dengan kekerasan.

Sebagai penengah saya hanya berpesan, apapun dan sebesar apapun masalah dalam rumah tangga untuk selalu dibicarakan baik-baik, apapun permasalahannya tidak dibenarkan melakukan kekerasan terhadap perempuan.