Kisah Patriot Energi III: Bukan Perjalanan Biasa

Penulis: Admin, 22 December 2021
image
Bukan perjalanan biasa

Penulis: Almunadi

 

Bukan perjalanan biasa, kali ini perjalanannya berbeda, berbeda dari biasanya. Saya menyebutnya perjalanan istimewa. Berbeda dengan perjalanan lain yang hanya ku bekali raga dan sedikit materi saja, sedangkan perjalanan ini jiwa dan raga sudah ku investasikan dalam jangka waktu yang belum bisa ku tebak.

Desa Ueesi adalah desa pertama sekali yang akan ku tujui bersama dengan tiga orang temanku. desa ueesi terletak di kecamatan Ueesi dan ibuk ota dari kecamatan Ueesi. Kecamatan Ueesi terletak di wilayah pegunungan dan yang paling terpencil dan terisolir di kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggrara.

Untuk Menuju desa-desa yang ada di kecamatan Ueesi, tidaklah semudah yang ku bayangkan. Karena tidak ada transportasi khusus yang menuju kesana sehingga hal ini menyebabkan kami harus terkantung-kantung dikabupaten, meminta bantuan dari siapa saja untuk mengantarkan kami ke kecamatan Ueesi, termasuk meminta bantuan kepada PEMDA Kolaka Timur, namun PEMDA angkat tangan. Hingga akhirnya kami menyewa mobil penduduk setempat untuk mengantarkan kami dari ibu kota kabupaten menuju kecamatan terdekat yaitu kecamatan Mowewe. 

Jarak dari Ibu kota Kolaka Timur menuju kecamatan Mowewe sekitar satu jam lebih, di kecamatan Mowewe kita menuju KORAMIL , dan disini kita menginap di rumah salah satu tentara KORAMIL selama dua malam hingga mendapatkan transportasi menuju desa tujuan.

Pada minggu pagi kami berangkat dari Mowewe menuju desa tujuan, ada rasa cemas juga campur penasaran. Sepanjang perjalanan kami tidak dapat duduk dengan tenang karena mobil terus bergoyang, melompat naik turun mengikuti irama jalan. Kondisi jalan sungguh sangat mengguncang raga dan batin, mobil melaju didalam kubangan lumpur yang cukup dalam, Jembatan untuk menghubungkan antar desa juga tidak ada, terpaksa mobil harus menembus aliran sungai. Namun perjalanan kami sedikit lebih beruntung karena bukan dimusim hujan, jika dimusim hujan, medannya akan semakin berat, dan waktu tempuh 2 hari sampai satu minggu jika musim hujan, dan bahkan tidak dapat di akses sama sekali, namun jika musim kemarau dapat ditempuh dalam waktu sekitar 6 jam.

Setelah melewati 6 jam perjalanan yang sangat luar biasa menantang, akhirnya tibalah di desa pertama yaitu desa Ueesi. Pada malamnya, kami disambut oleh para perangkat desa dirumah pak desa. Para perangkat desa sangat menerima kedatangan kami. Kami menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kami di desa ini.

           Berbeda dengan siang hari dijalan banyak terlihat masyarakat yang beraktivitas, masih bisa melihat anak-anak bermain di lapangan. Namun ketika malam hari desa ini berubah menjadi gelap gulita, seperti tak ada kehidupan meskipun di dalam rumah ada yang menyala satu atau dua lampu tenaga surya, namun cahayanya tak mampu menerangi hingga teras rumah.

Satu-satunya yang terlihat bercahaya hanyalah rumah pak desa karena menggunakan genset. Ketika malam hari rumah pak desa menjadi tempat yang ramai bak café atau warung kopi, karena hanya di rumah pak desa yang tersedia akses internet meskipun koneksinya sangat buruk sekali dan itupun hanya menyala sekitar 3 sampai 4 jam saja.

Begitulah sedikit gambaran perjalan ke desa terpencil yang menguras emosi. Sedih sekali melihat kenyataan bahwa di sudut negeri ini masih banyak yang belum mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan.