Kampung-kampung di Kabupaten Sejuta Rawa

Penulis: Evelin Christy, 27 April 2022
image
Menjelajah rawa Mappi

Seris 1

Patriot Evelin Christy 201

 

Hai, saya mau bercerita. Bercerita tentang kampung-kampung yang mungkin belum kalian dengar namanya. Mumpung lagi disini, mumpung punya banyak waktu lihat-lihat, mumpung bisa merasakan langsung, dan tentunya masih diberi kesekpatan bercerita dan berbagi. Mungkin ceritanya akan terbatas. Terbatas hanya terdiri dari 12 seris cerita selama 1 tahun ini. Namun semoga bisa bermanfaat untuk kebaikan bagi siapapun.


Seris pertama kali ini saya hanya bisa membagi sedikit bagi kalian. Bukan berarti pelit, namun saya juga belum tahu banyak. Takutnya memberikan pandangan yang kurang tepat. Mungkin kita bisa pelan-pelan tahu secara bersama ya.


Bulan pertama ini saya mulai kenal dengan Yame. Yame yang cukup maju dibanding yang lain dan ramai. Yame yang sudah mendapat hak istimewa untuk terbuhung dengan dunia luar. Menjadikan Yame salah satu tujuan jika orang-orang ingin mendapat akses informasi dunia luar.


Ada juga Muya, kampung kecil yang sekali jalan 15 menit sudah bisa lihat semua rumahnya. Namun dengan 4 tahun belum juga cukup untuk bisa 'lihat' semua sifat orangnya. Muya yang tidak seberuntung Yame memiliki tower internet. Yame yang didiami 3 pahlawan pendidikan yang sangat peduli pada anak-anak.


Ketiga ada Harapan. Sepertinya sesuai dengan namanya, selama mengunjungi kampung ini rasanya penuh dengan harapan. Harapan untuk hujan segera reda agar bisa lanjut berkeliling. Harapan untuk membawa cadangan batrai. Harapan untuk bisa membantu mereka yang sudah menunggu terlalu lama janji-janji pemerintah. Harapan cukup besar. Variasi jalan tidak hanya jalan tanah merah dan semen, namun juga jalan naik turun melewati rawa menggunakan jembatan kayu sederhana dan juga jalan setapak melewati hutan. Penduduk disini juga banyak, membuat mereka berencana memisahkan diri menjadi kampung baru.


Selanjutnya ada Gayu, kampung kecil di pinggir sungai Mappi Distrik Passue namun lebih dekat jika di akses dari Harapan. Kampung yang membutuhkan waktu perjalanan cukup panjang walau sudah menggunakan speedboat dengan mesin tercepat di Mappi ini. Gayu yang berisi orang-orang yang mulai kehilangan harapan. Harapan akan janji bertahun-tahun yang tidak juga ditepati. Bagi Gayu rasanya sudah biasa didatangi orang-orang asing, bilang mau survei. Persatu tahun bisa berkali-kali 'acara' survei dilakukan. Entah benar untuk mengambil data dan membantu masyarakat atau hanya untuk menghabiskan anggaran yang sudah di buat.


Jika Gayu rasanya sudah kehilangan harapan, Kaime bisa dikategorikan sudah tidak antusias lagi. Mungkin sudah sering dan menjadi kebal untuk menghadapi cara para petinggi negeri ini mencoba membuat 'program' bantuan yang tidak jelas. Merupatan tetangga dari kampung Gayu dan tidak berjarak terlalu jauh. Kaime cukup terisolir dan sulit untuk mendapatkan akses dari pusat kabupaten.


Terakhir ada Tagaimon Sino dan Korome. 2 kamoung bersebelahan yang seperti saudara kembar yang tidak menyukai satu sama lain. Mungkin dikarenakan suku yang berbeda dikedua kampung. Dua suku yang cukup besar dan dikenal di daerah Mappi ini, Yaqai dan Aoyu. Suku yang serung menjadi omongan disela-sela minum kopi antar pendatang. Banyak isu yang bertebaran. Isu yang cukup memojokan salah satu pihak ataupun keduanya. Sampai sekarang pun saya tidak bisa mengkonfirmasi informasi mana yang bisa dipercaya. Sepertinya memang harus dilihat dan dirasa langsung. Sampai saat itu tidak ada konfirmasi yang akan saya sampaikan kepada kalian disini. Sampai saya yakin dan tau apa yang nyata secara langsung.


Secara singkat, semua yang saya rasakan secara utuh selama satu bulan ini sudah saya jabarkan di atas. Karakteristik orang yang berbeda-beda, kebiasaan dan ciri kampung yang juga berbeda. Namun mungkin bisa disebut 1 hal yang sama dari mereka semua. Harapan akan kesetaraan bisa mendapatkan terang untuk belajar bagi anak-anak mereka dan untuk tidak lagi tinggal dalam gelap.