Energi Sagu Bakar

Penulis: Asdar, 18 April 2022
image
sagu bakar

Pada hari minggu, tepatnya jam 13.23 WIT patriot melakukan perjalanan panjang dari distrik Moskona utara Ke distrik Moskona Barat dan ditemani 6 orang warga local yaitu pace Manu, pace isak, mama Rinceh, Aldi, Dani dan John. Perjalanan ini bukan hal yang diinginkan baik patriot maupun warga, namun harus dilakukan karena dari sejak Desember 2021 pesawat tidak lagi beroperasi ke distrik moskona Utara, Timur dan Barat. Ini disebabkan Pemda tidak membayar pesawat jalur Distrik moskona dan akibatnya warga yang berada dalam kampung tersebut tidak bisa menuju kabupaten.

Ehh, tau gak kenapa patriot berada dikampung itu, padahal gak ada pesawat masuk?. Jadi ceritanya patriot pendampingan pembangunan SPEL 4 unit di Distrik Moskona Utara tepatnya di Kampung Moyeba, Moyeba utara, Moyeba timur dan Moyeba Barat. Saat menuju kampung, patriot dan pekerja SPEL menggunakan pesawat AMA sekaligus pengangkutan alat-alat SPEL. Setelah sepekan pembangunan SPEL selesai. Kampung tersebut tidak punya sinyal sama sekali, sehingga pekerja SPEL tidak bisa menghubungi pihak pesawat untuk dijemput. Dan sangat-sangat terpaksa harus berjalan kaki.

Di kabarkan perjalanan dari Moskona Utara ke moskona barat memakan waktu 2 sampai 3 hari. Hari pertama jalan kaki menempuh jarak 6 Km karena kami mulai jalan setelah ibadah minggu. Penunjuk jalan yaitu pace Manu, kata pace manu saya juga tidak pernah jalan ke moskona Barat, namun pace Manu di beri tahukan symbol-simbol atau tanda jalur yang akan di lewati. Sehingga tanpa menggunakan alat navigasi pun mereka bisa ke tempat yang mereka inginkan. Kami berhenti di sebuah rumah pohon, saat itu juga sudah jam 18.00 WIT. Akhirnya pace manu memutuskan beristirahat dan melanjutkan perjalanan ke esokan harinya. Malam itu kami masih mempunyai persediaan makanan, beras, pisang, keladi, petatas dan kasbi.

 Ke esokan harinya mama rinceh bangun jam 4 membakar, pisang, keladi, petatas dan kasbi bekal di perjalanan hari kedua. Saat itu suhunya 15° lumayan dingin sehingga api tidak pernah padam semalam penuh sebagai penghangat. Kami melanjutkan perjalanan tepat jam 6.00, menurut pace manu, kita harus cepat jalan supaya tidak kemalaman dalam hutan. Jalanannya bebatuan, melewati kali biru airnya sangat segar dan jernih, melewati 8 gunung yang sangat terjal, melewati beberapa sungai dan di sungai salah satu pekerja SPEL yang bernama Pak Eko kepeleset dan jatuh kesungai saat menyebrang mengggunakan menggunakan jembatan kayu tumbang, untungnya pace Manu dan Andi langsung loncat menyelamatkan Pak Eko. Saat itu juga sudah jam 5.30 jadi sekalian kami mencari spot peristirahatan untuk bermalam. dan benar kata masyarakat kalua jalannya pelan akan menempuh waktu 3 hari dan sekarang malam kedua di hutan, bahan makanan juga hampir habis. Kata mama rinceh bahan makanan tinggal pisang satu sisir untuk makan malam dan sagu untuk besok perjalanan.

Perjalanan dilanjutkan dan pagi ini untuk mengisi tenaga hanya di isi dengan sagu bakar pake bambu dan menurut pace isak makan sagu itu tenaga nambah dan tidak mudah lapar. Betul makan sagu itu mampu menahan lapar sampai jam 2 siang. Jam 1.30 kami sampai di moskona Barat dan kami singgah di koramil meminta makanan sekaligus bersih-bersih disana.

Perjalanan yang memberikan banyak pelajaran, baik dalam segi solidaritas, kepedulian maupun cara bersyukur yang paling mendalam.