Turiram : Bumiku Kekayaanku

Penulis: Ishfa Kautsari Puteri Suryani, 15 April 2022
image
Turiram : Bumiku Kekayaanku

Ini masih cerita di Kimaam. Salah satu distrik atau kecamatan di ujung selatan Papua. Tentunya dengan datarannya yang dipenuhi rawa. Tanah rawa dengan kandungan airnya yang melimpah. Jika hujan sebentar saja, tanahnya akan becek dan berlumpur. Jika musim panas, teriknya matahari menyebabkan kondisi tanah sampai retak – retak. Begitulah Turiram, begitulah tanah rawa. Soal ikan mereka tidak perlu khawatir. Ikan mereka melimpah, ada ikan gastor, lele, ikan duri, ikan 9, ikan mata bulan, ikan bulanak, ikan betik, mujair, kakap, udang rawa dan kerang rawa (masyarakat menyebutnya siput). 

gambar-6


Gambar 1. Kondisi jalan yang berlumpur


Anak – anak kecil cukup menjaringnya dengan serok/ jaring kecil atau bisa juga memancing. Selain karena kebiasaan mereka, pun anak – anak senang melakukannya. Alat pancing mereka masih tradisional terbuat dari pelepah daun sagu. Mereka terbiasa memancing atau menjaring di got dekat rumah dan sawah di belakang rumah guru. Tidak hanya mencari ikan tetapi sambil bermain air dan bermain lumpur. 


gambar-7

Gambar 2. Masyarakat baru pulang mencari kerang rawa


Jika sembari pergi berburu para remaja/ dewasa pergi menggunakan perahu tokong. Selain membawa jaring, ia membawa tombak, kapak dan senter untuk mencari ikan. Terkadang ada yang menggunakan racun ikan dari tumbuhan alami yang sering disebut tuba. Kebiasaan lainnya yaitu meletakkan jaring di sore hari dan mengeceknya kembali pada pagi hari berikutnya. Itu tentang ikan. Bagaimana dengan sayur? 


gambar-8

Gambar 3. Daun ubi yang tumbuh di belakang rumah


Ah sayur juga begitu, tidak sulit mencarinya. Ia tumbuh saja di got – got (saluran air depan rumah jika hujan agar tidak banjir) di halaman – halaman rumah mereka yang tergenang air. Ada sayur kangkung dan genjer. Khusus daun genjer mereka tidak terbiasa mengolahnya dan hanya beberapa orang saja yang tahu. Selain itu ada daun ubi yang tumbuh melimpah begitu saja. Ya, mereka tidak khawatir. Makanan pokok mereka tidak hanya sagu. Ada beberapa jenis ubi (singkong, kumbili, ubi jalar), pisang, dan beras. Sehingga jika mereka belum pangkur sagu, mereka tidak merasa kesulitan mengenai makanan. Mereka akan pergi mencari pisang atau ubi. Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?


Begitulah Turiram dengan kekayaan di dalamnya. Pepohonan masih tumbuh lebat, rumput – rumput hijau menghampar. Ada bebgitu banyak kehidupan dari pepohonan. Akarnya yang mampu menyerap air mencegah banjir. Ada daunnya yang rindang bisa menjadi tempat berteduh dan menghasilkan oksigen. Ada rantingnya sebagai rumah makhluk hidup lain seperti burung, pun sarang semut. Ada batang yang kayunya bisa dijadikan bahan dasar rumah dan perabotan lainnya. Memiliki pepohonan yang begitu banyak tentulah merasa kaya. Duhai insan, kaya yang sesungguhnya tidak dilihat dari seberapa banyak uang. Tetapi kaya dari budi pekerti – tingkah laku untuk menjaga alam dan tidak merusaknya. Pun kaya dari dari hati, tidak dengan keserakahan menjadikan milik pribadi sehingga dengan semaunya ia berbuat sesuka diri. Kaya dari hati tentunya ia akan memikirkan kehidupan kelak untuk anak dan cucu. Berbahagialah ia yang kaya akan budi pekerti dan hatinya.


gambar-9Gambar 4. Tumbuhan di kiri – kanan jalan