Kisah Patriot Energi III: Habis Gelap Terbitlah Terang

Penulis: Admin, 03 December 2021
image
Suasana di desa pada malam hari

Penulis: Hapsari Damayanti


Dulu saya takut gelap. Setiap mati listrik di malam hari saat saya tidur pasti akan terbangun dan menangis. Membayangkan bahwa tidak ada yang bisa saya lihat saat kegelapan selalu membuat saya takut.

Namun pandangan tentang gelap yang selalu identik dengan sesuatu yang menakutkan perlahan menjadi biasa bagi saya dan saya mulai bisa tenang saat tidak ada cahaya lampu ketika saya berada di desa Ueesi.

Desa Ueesi merupakan salah satu desa dari sebelas desa yang berada di kecamatan Ueesi Kabupaten Kolaka Timur. Akses perjalanan menuju desa Ueesi sungguh hal yang baru bagi saya. Jalan berlumpur, penuh dengan bebatuan, terjal sebab kanan kiri banyak jurang dan hutan serta melewati banyak aliran sungai langsung dan belum terhubung jembatan. Alat transportasinya pun khusus yaitu mobil double cabin/ hilux.

Pegunungan, hutan, sungai merupakan bentang alam yang menyelimuti desa Ueesi. Namun pemandangan yang indah itu tak sepadan dengan hasil sumber daya alam yang tersedia di desa tersebut. Sayur mayur tak banyak tumbuh disini hanya cabai, kankung dan bayam. Kakao yang dulu menjadi mata pencaharian warga banyak diserang hama. Biji kakao yang dipanen habis dimakan hama. Masyarakat Ueesi pun beralih dengan berkebun kopi, merica, kemiri, mencari madu dan yang terakhir berkebun nilam.

Tumbuhan yang menjadi ekstraksi bahan parfum ini menjadi bintang idola bagi sebagian besar masyarakat Ueesi. Nilam tumbuh dengan subur dan dalam waktu 4-5 bulan sudah bisa dipanen. Masyarakat berpikir mandiri dan kreatif untuk bagaimana bisa hidup disini. Mereka menanam apapun yang sekiranya bisa ditanam di lahan yang sebagian besar berpasir dan berlumpur. Masyarakat tidak bergantung bantuan pupuk ataupun bibit sekiranya memang tidak ada bantuan dari pemerintah.

Absennya negara dan ketidakmerataan pembangunan bisa nampak jelas disini. Negara tidak hadir disaat mereka masih kesulitan dalam mengakses jalan. Negara juga tidak hadir saat gelap menjadi pemandangan sehari-hari disini. Padahal listrik yang kita ketahui merupakan tulang punggung dari sebuah ekonomi, pendidikan dan apapun untuk menunjang kesejahteraan masyarakat. Saya membayangkan apabila listrik disini ada maka penyulingan nilam bisa menggunakan listrik sehingga bisa menaikkan harga jual nilam, lalu mengemas estrak nilam dengan mesin dan mereka bisa menjual langsung ke pembeli secara mandiri maupun daring. Ketika berkebun pun bisa dilakukan malam hari sebab ada penerangan di kebun tanpa khawatir lampu LTSHE yang sering mereka bawa bisa terjatuh dan pecah.

Saya berharap kehadiran saya sebagai Patriot Energi menjadi penggerak bagaimana masyarakat bisa mengembangkan energi baru terbarukan dalam ini PLTMH maupun PLTS. Kegiatan ini bisa berkelanjutan dan masyarakat bisa berswadaya secara mandiri. Semoga harapan ini bisa seperti judul buku dari idola saya RA. Kartini, yaitu habis gelap terbitlah terang. Dan semoga masyarakat tidak hanya menjadi lumbung suara yang hanya dipanen tiap lima tahun sekali.