Kisah Patriot Energi III:

Penulis: Admin, 02 December 2021
image
patriot menyembelih ayam

Penulis: Amalia Retnasari

Itulah kata yang sering diucapkan kepada kami kaum muslim yang datang ke Tana Marapu. Mereka khawatir jika mereka yang potong ayam, masakan daging ayam mereka tidak akan dimakan oleh kami. Mereka mengetahui bahwa muslim memiliki cara tersendiri dalam memotong hewan. Demi menghargai kami para pendatang, ternyata mereka memperhatikan hal detail seperti itu, toleransi mereka terhadap perbedaan agama cukup tinggi. Mayoritas agama disini adalah Kristen dan kepercayaan Marapu.

Terdapat 3 tingkatan jamuan yang diberikan oleh tuan rumah apabila ada tamu yang berkunjung. Pertama, sirih pinang dan kapur, yang bisa memerahkan mulut apabila kita mengunyahnya. Yaa sungguh menarik, sepertinya itu cukup untuk dijadikan lipstik alami, hemat di dompet. Apabila pembicaraan dengan tuan rumah masih panjang, mereka akan memberikan jamuan tingkat dua yaitu kopi. Jika obrolan semakin seru, mulai serius, dan semakin panjang maka jamuan akan masuk ke tingkat tiga yaitu makanan berat. Disinilah kami mendapatkan tawaran ayam hidup untuk dipotong, karena mereka akan memasak makanan berat untuk kami.

Tawaran potong ayam pertama yaitu di lokasi penugasan pertama, Desa Lenang Selatan, desa yang jaraknya ratusan kilometer dari pusat kabupaten. Beruntungnya kami mendapatkan bantuan transportasi dari pemerintah kabupaten yang bersedia mengantar jemput kami untuk mobilisasi dari desa satu ke desa lainnya. Mereka selalu bertanya tanggal berapa kalian akan di jemput untuk diantar ke desa penugasan selanjutnya? sinyal telpon cukup langka, selangka air bersih dan listrik, maka kesepakatan tanggal yang disebutkan saat itu lah yang kami pegang bersama.

Bagaikan seorang anak yang dititipkan oleh orang tua kepada orang tua asuh. Pemerintah Kabupaten menitipkan kami kepada pemerintah desa. Selama penugasan kami menginap di rumah kepala desa selama 4-5 malam untuk masing-masing desa. Desa yang sudah kami datangi selain Desa Lenang Selatan adalah Desa Tana Mbanas Selatan dan Desa Praikaroku Jangga. Sudah belasan ayam hidup yang kami potong dalam waktu 2 minggu.

Air bersih disini cukup langka. Masyarakat ada yang berangkat jam 3 pagi dan tiba kembali di rumah pukul 8 pagi. Dalam sehari mereka akan pergi mengambil air 2 kali yaitu pagi dan sore. Perjalanan dari rumah menuju sumber air sekitar 1,5 jam dan waktu sisa nya adalah mengantri. Ada juga yang berangkat jam 1 pagi agar berada di antrian depan. Masyarakat disini memiliki tingkat kesabaran yang tinggi dalam mengantri. Masyarakat yang memiliki penghasilan lebih akan memilih untuk membeli air dari ojek air. Harga air bersih disini Rp 20.000 untuk 60 liter. Disini saya mulai merenung dan berpikir. Selama ini berapa liter air bersih yang biasa saya gunakan untuk kebutuhan hidup sehari hari?

Waktu hidup mereka banyak habis hanya untuk mengurus kebutuhan air bersih.

Tana Marapu adalah sebutan lain untuk Pulau Sumba. Savana membentang luas. Matahari bersinar terik. Lahan dipenuhi batu karang, kapur, dan pasir. Keberadaan pohon hanya berada di titik-titik tertentu saja. Sumber air berada jauh berkilo kilo meter dari lokasi pemukiman. Saat musim kemarau tiba, masyarakat akan berjalan kaki hingga memanjat tebing demi mendapatkan air bersih. Mereka akan membawa 3 jerigen air apabila lokasi sumber air dapat ditempuh dengan berjalan kaki, satu jerigen disimpan di atas kepala dan dua jerigen dijinjing oleh tangan. Namun apabila lokasi sumber air harus menaiki tebing maka mereka hanya membawa 1 jerigen air yang disimpan di atas kepala. Saat musim hujan, mereka akan membuat tampungan air hujan sebagai sumber air bersih mereka.

Pada Tahun 2020, pemerintah daerah mulai membangun pompa air dan bak penampung di sekitar pemukiman. Air yang berasal dari sumber air tersebut dipompa dan dialirkan melalui pipa yang panjangnya berkilo kilo meter untuk mengisi bak air tersebut. Pompa air memanfaatkan listrik dari PLTS yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat desa. Kini masyarakat tidak perlu lagi berjalan jauh untuk mendapatkan air bersih. Kalimat yang selama ini biasa saya dengar hanya di Televisi : "Sumber Air Sudah Dekat".

Disini benar adanya.