Mandok (Buka Ladang kering) di Ladang Kakek.

Penulis: Mustafa Afror, 25 October 2022
image
Mandok Ladang kakek

Masyarakat desa sudah mulai sibuk untuk bertani kembali, setelah beberapa bulan yang lalu telah selesai panen padi. Banyak kerjaan saat lahan sudah mulai dibuka, masyarakat harus menentukan lokasi lahan karena masih sistem ladang berpindah, kemudian warga akan mulai menebas kayu kayu kecil,setelah kayu kecil di tebas, kemudian akan menumbang pohon yang besar (Nebang). setelah pekerjaan nebas dan nebang pohon selesai baru masyrakat akan istirahat sementara waktu. Karna masyarakat menunggu keringnya dahan, daun dan batang kayu yang di tebang.

Satu Bulan lamanya untuk menuggu kayu,dahan dan daun kering, hal ini untuk memudahkan masyrakat untuk membakar,hasil pembakaran tersebut nanti nya sebagai humus tanah (pupuk) bagi masyarakat. Namun beberapa tahun ini masyrakat selalu kwatir karna iklim yang berubah dari beberapa tahun dulu. Biasanya bulan Agustus sampai Oktober adalah musim kemarau, yang mana masyarakat desa akan bakar ladang di bulan tersebut. Namun kemarau yang ditunggu tak kunjung lama,paling panasnya hanya beberapa hari.

Keluh kesah pastinya terjadi karna musim hujan yang berkepanjangan membuat aktifitas masyarakat terganggu, mulai dari nyadap karet alam dan bertani, semua terganggu. hmm..kasihan namun bengitulah cara masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. akhirnya tanpa pikir panjang masyarakat membakar ladang meskipun kayu yang di tebang tak sepenuhnya kering. ini menyangkut kebutuhan pokok. setelah di bakar namun masih banyak dahan yang kering, yang akhirnya mandok (bakar ulang) kembali. namun cara bakarnya di kayu di tumpuk menjadi beberapa tumpukkan kemudian di bakar kembali. tentunya akan memakan tenaga dan waktu yang panjang. tetapi karena masyarakat masih menggunakan sistem gotong royong (ganti hari kerja) sehingga kerjaan yang terasa sulit bisa tersa ringan. kehidupan gotong royong desa masih sangat terasa.