Tak Sadar Slow Fashion

Penulis: Fitria Siti Fatima, 21 October 2022
image
Contoh Pakaian

Menurut zerowaste.id, Fast Fashion adalah istilah yang digunakan oleh industri tekstil yang memiliki berbagai model fashion yang silih berganti dalam waktu yang sangat singkat, serta menggunakan bahan baku yang berkualitas buruk, sehingga tidak tahan lama. Model ­fashion yang terus berganti dan tingginya tingkat konsumtif dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Hal tersebut menjadi salah satu faktor tingginya limbah dari industri tekstil. Salah satu solusi untuk mengatasi tren fast fashion adalah menerapkan gaya hidup slow fashion. Slow fashion menitikberatkan penggunaan pakaian dengan jangka waktu yang lama, mencari bahan dengan daya tahan dan kualitas yang bagus.

Tanpa disadari, banyak masyarakat desa yang sudah turun temurun menerapkan slow fashion di kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah keluarga induk semang Patriot di Desa Oka Wacu, NTT. Keluarga induk semang jarang membeli pakaian baru, mencari kualitas yang bagus sehingga pakaian dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama dan jika sudah tidak muat maka diberikan ke saudara yang lain. Satu baju bisa digunakan oleh dua atau tiga generasi. Terkadang baju yang digunakan pun sudah lusuh, kusam, dan terobek di beberapa sudut. Tidak ada perbedaan antara baju sehari-hari dirumah, baju berkebun, dan baju tidur. Perbedaan pakaian hanya ketika ada kegiatan adat, kegiatan formal, atau kegiatan ibadah. Itu pun tidak banyak variasi. Jika baju masih bisa dipakai dan tidak ada agenda mendesak maka tidak perlu membeli baju. Hal-hal yang dilakukan tersebut menyebabkan tidak banyak limbah tekstil yang dihasilkan. Tanpa mereka sadari, mereka telah ikut menjaga lingkungan.

Jadi, apakah hal tersebut karena mereka paham dan mengimplementasikan slow fashion di kehidupan sehari-hari? Tentu bukan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan. Keterbatasan pendapatan sehingga benar-benar memperhitungkan pengeluaran. Benar-benar menghargai segala sesuatu yang didapatkan. Keluarga induk semang berpendapat bahwa daripada mengeluarkan uang untuk membeli pakaian padahal masih ada yang bisa digunakan, lebih baik uang terus digunakan untuk hal yang lainnya.

Apakah kita harus mengalami keterbatasan anggaran sehingga baru menerapkan slow fashion? Tentu tidak. Salah satu yang dapat kita lakukan adalah menahan hawa napsu dan memberikan pakaian yang sudah tidak digunakan namun masih layak pakai ke orang-orang yang lebih membutuhkan.