Suara-Suara Merdu

Penulis: Sidik Nur Rakhmat, 14 March 2022
image
Basecamp

cover-cerita


Seminggu ini tiap paginya hampir selalu aku habiskan untuk berdendang. Menyanyikan lagu-lagu entah sendirian atau bersama Azam. Kadang kami bernyanyi di teras rumah — pinjaman dari Bapak Puji, seseorang baik yang bekerja di Dinas Pendidikan Kabupaten Maybrat — ini. Atau di ruang tamu. Atau bisa juga di dapur sambil menemani teman-teman lain memasak.


Biskuit roma kelapa dan teh hangat jadi tandem andalan. Secara ajaib, ketika biskuit kering ini dicelupkan meski hanya satu detik ke dalam teh hangat, ia akan melunak dan rasanya semakin sedap. Teksturnya jadi lembut saat dikecap oleh lidah. Tak perlu dikunyah lagi sebelum ditelan. Dengan sendirinya, ia meratakan dirinya ke seluruh mulut. Membuat nikmatnya semakin terasa. Manis, gurih, lembut. Bah, mantap apa.


Di halaman depan beberapa ekor anjing hilir-mudik. Mungkin sedang mencari makanan. Mungkin juga sedang berolahraga pagi. Aku tak tahu pasti. Kadang mereka menggonggong saat bertemu dengan anjing lain. Sesekali juga mereka mendekat, memeriksa, mencari kemungkinan makanan yang bisa mereka santap.


Kadang embun pagi juga turun, seperti pagi ini. Secara geografis, Maybrat memang daerah bergunung-gunung. Jadi, sepertinya wajar saja jika embun turun, ditambah lagi sekarang sedang musim hujan. Air di udara yang menjadi bakal embun sedang berlimpah.


Jreng…

Buka hapemu, Dik! Cari lagu.


Kami mulai menyanyi. Kami bahu-membahu, saling menyumbang suara. Sesekali Azam melirik layar HP untuk melihat chord selanjutnya.


Lucu sekali, meski di hadapan masing-masing kami sudah ada lirik dan chord terbuka, tetap saja Azam salah melantunkan lirik. Lengkap sudah lagu yang kami nyanyikan ini. Porak poranda lagi luluh lantah keindahannya berkat salah lirik, salah tempo, dan salah sangka kalau kami bisa bernyanyi.


Kebetulan sekarang sedang berlangsung audisi X-Factor Indonesia, sebuah kompetisi bernyanyi se-Indonesia raya di televisi. Meski utamanya disiarkan di televisi, kompetisi ini tetap dapat diakses di youtube seperti yang aku lakukan di sini sekarang.



Mendengar kontestan bernyanyi, menyadarkanku satu hal: kami bernyanyi dengan sangat buruk dan mereka bernyanyi dengan sangat apik! Hahaha.

Bukan bermaksud menjadi inferior atau minder dengan suara sendiri. Tapi, realita pahit ini membukakan mata dan melebarkan telinga bahwa memang beberapa orang di dunia ini secara istimewa dianugerahi suara merdu yang menyenangkan!


Mungkin saja orang yang diberikan anugerah itu bukanlah kami. Tapi, sebenarnya dengan mendengar orang lain menyanyi dengan merdu pun sudah menyenangkan.


Menyenangkan? Betul. Bahkan untuk sebagian orang, mendengar lagu atau musik tertentu bisa membawa semangat mereka kembali.


Secara gamblang, kita bisa lihat respon orang-orang melalui kolom komentar di youtube, misalnya. Ada yang merasa penuh syukur sudah diwakilkan perasaannya. Ada yang merasa lepas beban-beban dari pundaknya. Ada yang saling menemukan orang yang serasa, mungkin juga sepenanggungan dengannya.

Kolom komentar di lagu Rehat — Kunto Aji

Kolom komentar lain di lagu Rehat — Kunto Aji


Bahkan lagi, salah seorang temanku mengaku kalau dulunya ia bermasalah dengan mentalnya yang terasa terus tertekan oleh keadaan sekitar. Mungkin boleh kita sebut dengan quarter-life crisis. Setelah lulus dan bekerja, ia mengaku sempat putus asa, tidak punya pegangan hidup. Boleh jadi sudah setengah bulat tekadnya untuk mengakhiri hidup. Ajaib, musik korea menolongnya! K-Pop dengan segala kombinasi musik, aransemen, vokal, vokalis, dan tentu lirik lagunya tiba-tiba membawa angin segar. Memberikan bimbingan dalam kebingungan. Menggotong semangat hidup ke dalam jiwanya. Merinding sekali ketika aku mendengar ceritanya. Sebuah lagu yang ternyata bisa menyelamatkan jiwa.


Tuhan begitu baik. Bahkan ketika Ia menciptakan manusia yang suaranya tak merdu sekalipun — termasuk aku. Ia menciptakan makhluk seperti kita, untuk menjadi pembeda dengan orang-orang bersuara merdu.


Kita harusnya menyadari kalau sesuatu yang berbeda inilah yang memberikan makna dalam hidup yang sebenar-benarnya. Tidak ada orang yang disebut cantik, jika semua orang di bumi ini cantik. Tidak ada orang yang disebut kaya jika semua orang di bumi ini kaya. Dan tidak ada orang bersuara merdu, tanpa ada orang yang bersuara tak merdu. Semua ciptaan-Nya saling melengkapi.


Seperti saat aku memainkan ukulele ini. Ia sama sekali tak terdengar menarik ketika aku mainkan dengan chord C terus-menerus. Alih-alih terdengar indah, suaranya aneh dan tanganku malah mengapal. Ukulele yang kumainkan terdengar indah ketika aku memainkan lagu dengan chord yang berbeda-beda. Dari chord C pindah ke Aminor, dari Aminor ke Dminor. Lalu nadanya dikomposisikan, dan jadilah musik yang indah. Huh, aku jadi ingat lagu…


C, Aminor, Dminor, ke G, ke C lagi.



Jreng…

Ayo, makan!


Suara Kak Baim yang membawa masakan dari dapur terdengar. Selain biskuit kelapa dan teh, pagi ini kami sarapan sayur sawi yang dicampur dengan telur. Nasi yang disajikan juga masih mengepul, membuatku dan Azam meletakkan ukulele untuk mengisi perut kami yang keroncongan yang bunyinya lebih merdu dari lagu yang kami nyanyikan!


Aku sangat bersuka cita atas suara-suara merdu yang Tuhan ciptakan. Meski bukan aku yang dianugerahi suara itu, aku tetap berbahagia karena masih bisa mendengarnya.


Ciptaan-Nya begitu sempurna. Dan jika di lain kesempatan aku merasa ciptaan-Nya tidak sempurna, berarti itu hanyalah aku yang belum memahami kebijaksanaan-Nya yang tak berkira.


Tolong ingatkan aku jika aku mulai membenci ciptaan-Nya yang berbeda denganku. Sungguh tidak ada alasan untukku membencinya.